JAKARTA,
- Teori sabotase yang menyebabkan jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100
(SSJ-100) di Gunung Salak,Kabupaten Bogor, masih menjadi salah satu
fokus penyelidikan kecelakaan tersebut di Rusia.
Agen
intelijen Negeri Beruang Merah dilaporkan tengah menyelidiki
kemungkinan militer Amerika Serikat (AS) turut andil menjatuhkan pesawat
komersial itu saat melakukan penerbangan demonstrasi (joy flight),9 Mei
lalu. Mengutip sumber di badan intelijen militer Rusia,GRU, tabloid
Komsomolskaya Pravda kemarin melaporkan, intervensi dari sebuah markas
angkatan udara AS di dekat Jakarta telah menyebabkan perlengkapan di
pesawat rusak hingga berujung pada tragedi yang menewaskan 45 orang.
Namun,
dalam artikel “Apakah Orang Amerika Terlibat dalam Kecelakaan
Superjet?” itu tidak disebutkan lokasi persis markas angkatan udara
dimaksud. “Kami tahu mereka punya peralatan khusus yang dapat memotong
komunikasi antara pesawat dan kontrol darat atau mengintervensi
parameter di pesawat.Misalnya,pesawat terbang di satu ketinggian,tapi
setelah adanya intervensi dari darat, peralatan di pesawat
memperlihatkan angka lain,” ujar seorang jenderal di GRU kepada tabloid
tersebut seperti dikutip The Moscow Times.
Klaim
tersebut muncul menyusul spekulasi kecelakaan SSJ-100 terjadi akibat
sabotase industri. “Pertanyaan utamanya, mengapa kontrol darat
menyetujui permintaan untuk mengurangi ketinggian,” papar sumber di
Sukhoi kepada Komsomolskaya Pravda.“Mungkin, dia tidak melihat bahwa
pesawat itu langsung menuju gunung.
Di
sisi lain, kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa ini adalah
sabotase industri yang disengaja untuk menendang pesawat kita dari
pasar.” Menurut seorang pejabat keselamatan pilot di Bandara Domodedovo,
Moskow,ketika pesawat terbang menuju gunung, seharusnya mode otomatis
yang memandu pesawat menghindari hambatan menyala. SSJ-100 hilang kontak
setelah meninggalkan Bandara Halim Perdanakusumah pada penerbangannya
yang kedua pukul 14.00 WIB.
Pesawat
berdimensipanjang26,44meteritu akhirnya diketahui jatuh dan hancur
setelah menabrak tebing Gunung Salak. Air Traffic Control (ATC) Bandara
Soekarno Hatta sebelumnya mengakui telah memberikan izin kepada SSJ- 100
untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Salah s`tu
pertimbangannya, saat izin diberikan, Sukhoi berada di area aman.
Kantor
berita Agence France Presse (AFP) menyebut Rusia punya kebiasaan
menyalahkan negara lain atas berbagai musibah atau kecelakaan besar yang
terjadi di Rusia. Pada Agustus 2000, saat kapal selam nuklir Kursk
milik Angkatan Laut (AL) Rusia tenggelam di Laut Barents, seorang
komandan AL Rusia menyalahkan AL AS hanya karena waktu itu ada beberapa
kapal perang AS di sekitar lokasi pelatihan militer yang melibatkan
Kursk.[okz/ian/SI/[khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar