Beliau
akhirnya berjalan hinfga sampai di masjid Yasin di Bagdad, karena sudah
tidak mempu lagi melanjutkan perjalanan karena lapar, dan memilih duduk
di dekat masjid tersebut. Di saat yang sama datanglah seorang pemuda ke
masjid dengan membawa roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa
lapar yang menusuk, setiap pemuda itu mengambil suapan maka Syeikh Abdul
Qadir ingin membuka mulut, meski beliau terus berusaha menahannya.
Akhirnya
pemuda itu pun menoleh ke arah Syeikh Abdul Qadir seraya
mengatakan,”Bismillah ya akhi”, dengan maksud ingin memberi suapan
kepada Syeikh Abdul Qadir. Syeikh Abdul Qadir menolak, namun pemuda itu
terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syeikh Abdul Qadir memakan
sedikit dari apa yang diberikan.
Setelah
itu si pemuda pun bertanya,”Siapa engkau, apa pekerjaanmu, dari mana
engkau?” Syeikh Abdul Qadir pun menjawab,”Saya pencari ilmu dari negeri
Jilan”. Si pemuda pun membalas,”Saya juga dari Jilan. Apakah engkau
mengenal seorang pemuda dari Jilan yang namanya Abdul Qadir cucu dari
Abu Abdullah As Shuma’i yang ahli zuhud?” Syeikh Abdul Qadir pun
menjawab,”Itu adalah saya”.
Mendangar
jawaban itu si pemuda pun terperengah,”Demi Allah saya sampai di Bagdad
dengan sisa-sisa uang yang saya memiliki dan saya telah mencari-cari
dimana keberadaanmu namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikan
petunjuk. Sampai akhirnya uang saya habis hingga 3 hari saya tidak
makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang dititipkan untukmu
untuk membeli roti ini. Makanlah sesungguhnya ia milikmu.”
Syeikh
Abdul Qadir pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Pemuda itu pun
menjelaskan bahwa ibu Syeikh Abdul Qadir telah menitipkan kepadanya 9
dinar untuk disampaikan kepada Syeikh Abdul Qadir. Dan uang itu pun
sudah berkurang untuk dibelikan roti. Syeikh Abdul Qadir pun
merelakannya dan memberikan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian
dinar. (lihat, Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298)
Meski
menolak untuk meminta-minta, Syeikh Abdul Qadir tetap memperoleh rizki
bahkan di saat yang sama beliau malah memberikan sedekah kepada orang
lain. Yang juga perlu dicontoh adalah sifat Syeikh Abdul Qadir yang
selalu mengutamakan orang lain, sehingga Allah pun mencukupi rizkinya.[khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar