khoirunnisa-syahidah.blogspot.com - Makassar-“Kalau
begitu harus revolusi!” teriak salah satu peserta Diskusi Publik yang
terselenggara di Aula Wijaya Kusuma Departemen Sosial Makassar, ahad (10/6).
“Iya
revolusi. Tapi revolusi pemikiran, bukan revolusi berdarah. Seseorang
bergerak karena pemahamannya terhadap sesuatu. Karena pemikirannya.
Maka sebab itulah, kami melakukan penyadaran di tengah-tengah umat.”
Balas Dirwan menanggapi kalimat singkat tapi padat dari salah seorang
peserta Adnan Nasution, di sela pemaparannya tentang arah perubahan.
Di Awal acara Ahmad Danial selaku Ketua DPD II HTI kota Makassar membuka Diskusi
Publik dengan tema: Khilafah, model terbaik Negara yang
menyejahterakan. Di pandu oleh Adi Surya S.Hut, acara ini menghadirkan
Dirwan Abd. Jalil dan Nashruddin Linggi Allo sebagai pemateri.
“Sudah
30 tahun saya memikirkan isi dari diskusi kita hari ini. Saya bertanya
tapi semua ulama bingung. Semua gerakan Islam bingung. Kita yang hadir
disini tentu tidak akan hadir kalau tidak rindu pada Daulah Khilafah
Islamiyah. tapi, khilafah itu akan menjadi nonsen jika tidak ada wilayah
geografis sebagai titik awal perjuangan. Nah, dimana wilayah itu?”
ucap Saefuddin.
Mengantarkan topik bahasan Derita di Negeri Khatulistiwa, Dirwan
menguak fakta-fakta kekayaan alam yang tidak tergarap oleh negeri
sendiri tetapi oleh tangan-tangan Asing. Akibatnya, negeri ini harus
pasrah dengan riwayat kemiskinan yang tak kunjung usai. Beliau
menyebutkan bahwa standar miskin versi pemerintah dapat di lihat dari
penghasilan sebesar Rp. 230.000/orang. Artinya, jika di total
keseluruhan, jumlahnya sekitar tiga puluhan juta jiwa. Belum lagi jika
menggunakan standar World Bank, tentu jumlahnya lebih banyak lagi.
Selain itu, beliau juga menampilkan data betapa negeri ini adalah
‘pengekspor’ TKI terbanyak, terkorup pertama se-Asia, dan terporno kedua
di dunia.
Untuk
itu, Nashruddin menghimbau pentingnya kembali pada sistem Khilafah.
Kewajiban penegakkan sistem ini telah di tunjukkan Imam Asyaukani dalam
kitabnya. Fakta sejarah pun menunjukkan bagaimana Khilafah telah
menyejahterakan Umat manusia.
“Kekhilafahan
Abbasiah dibawah Umar bin Abdul Aziz dengan masa pemerintahan dua
setengah tahun, menjadikan tidak ada satupun umat yang mau menerima
zakat. Seolah-olah orang miskin sembunyi, menolak pemberian zakat. Tidak
seperti hari ini, justru orang kaya yang sembunyi dari membayar
zakat!” ungkap Nashruddin.
“Saya
pernah PKL di Lembaga Pemasyarakatan selama 1 tahun. Narapidana itu
makannya teratur. Tapi lihat rakyat di luar mati kelaparan. Keamanan
para napi di jaga, sedangkan ustadz-ustadz diluar justru keamanannya
terancam oleh tuduhan terorisme. Lampu di LP tak pernah
padam, sementara di luar terjadi pemadaman bergilir.” Lanjut Nashruddin
saat menyoroti adanya ketimpangan dalam aspek pelayanan masyarakat
secara merata.
Kegiatan
ini di selenggarakan dalam rangka menyongsong perhelatan akbar HTI
Sulsel yakni Konferensi Tokoh Umat, 17 juni 2012 mendatang.[] Iton Roy
Posting Komentar