Pada
kedua sisi kepalanya terdapat lubang mirip kantong. Air disedot melalui
lubang ini dan masuk ke dalam rongga berbentuk tabung atau silinder
dalam tubuhnya. Lalu ia menyemburkankan air ini keluar dengan tekanan
tinggi melalui sebuah pipa kecil yang terletak persis di bawah
kepalanya, sehingga ia dapat bergerak cepat dalam arah berlawanan akibat
gaya reaktif, yakni gaya dorong yang berlawanan arah dengan arah
semburan air. Teknik berenang cumi-cumi memiliki kecepatan dan daya
tahan yang sangat sesuai untuknya. Cumi-cumi Jepang bernama Todarodues pacificus,
dalam migrasinya yang berjarak 1250 mil (2000 km), bergerak dengan
kecepatan sekitar 1,3 mph (2 km/h). Untuk jarak dekat, ia mampu
mempercepatnya hingga 7 mph (11 km/h). Beberapa spesies diketahui mampu
melampaui kecepatan 19 mph (30 km/h). Cumi-cumi meloloskan diri dari
musuh dengan gerakan sangat cepat akibat kontraksi otot yang cepat
tersebut. Jika gerakan cepat saja tidak cukup, awan tinta pekat dan
gelap dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sehingga musuh terkejut untuk
beberapa saat.
Ini
memberikan waktu yang cukup bagi cumi-cumi yang tak terlihat di
belakang awan tinta untuk segera meninggalkan tempat dan meloloskan
diri. Sistem pertahanan dan cara berenang reaktif cumi-cumi juga bekerja
selama berburu. Mereka dapat menyerang dan mengejar musuh dengan
kecepatan tinggi. Sistem saraf yang sangat rumit mengatur penegangan dan
pengenduran otot yang diperlukan selama berenang. Oleh karenanya,
sistem pernapasan mereka juga pastilah sempurna, sehingga memungkinkan
kerja metabolisme tubuh yang prima yang diperlukan bagi sistem pancaran
air (propulsi jet) pada cumi-cumi. Cumi-cumi bukanlah satu-satunya
binatang yang berenang dengan sistem reaktif. Gurita juga menggunakan
sistem ini. Namun, gurita bukanlah perenang sejati, ia menghabiskan
sebagian besar waktunya dengan berjalan melintasi bebatuan dan lembah
curam di laut dalam.
Kulit bagian dalam gurita tersusun atas banyak lapisan otot yang saling bertumpukan. Otot ini dikelompokkan menjadi tiga jenis: longitudinal, sirkulardan radial.
Susunan otot yang saling memperkuat dan saling menyeimbangkan ini
memungkinkan gurita melakukan beragam gerakan. Ketika menyembur air
keluar, otot sirkular mengerut searah panjangnya. Namun, sifat volumenya
yang cenderung tetap menyebabkan otot tersebut melebar, dan ini
biasanya menjadikan tubuh gurita memanjang. Akan tetapi, otot
longitudinal mencegah pemanjangan ini. Otot radial tetap dalam keadaan
terentang selama peristiwa ini terjadi sehingga lapisan jaket menebal.
Setelah air disemburkan, otot radial mengerut dan memendek, sehingga
menyebabkan lapisan jaket menipis, dan rongga jaket pun terisi air
kembali.
Sistem
otot pada cumi-cumi hampir menyerupai gurita. Tetapi ada satu
perbedaan: cumi-cumi memiliki lapisan urat otot yang disebut mantel
sebagai ganti otot longitudinal pada gurita. Mantel ini terdiri dari dua
lapisan yang menutupi bagian luar dan dalam tubuhnya, seperti halnya
otot longitudinal. Di antara kedua lapisan ini adalah otot sirkular.
Otot radial terletak di antara lapisan otot sirkular, dalam posisi tegak
lurus. Terdapat pula desain sempurna tanpa cacat pada sistem
perkembangbiakan cumi-cumi. Telurnya memiliki permukaan lengket yang
memungkinkannya menempel dan menggantung pada rongga atau guagua di
kedalaman lautan. Embrio cumi-cumi mendapatkan sari makanan yang telah
tersedia dalam telur hingga saat menetas. Embrio melubangi kulit penutup
telur dengan menggunakan organ kecil mirip sikat pada bagian ekornya.
Organ ini segera hilang setelah telur menetas. Setiap bagian terkecil
dari sistem perkembangbiakan cumi-cumi telah dirancang dan berfungsi
sebagaimana tujuan perancangannya. Semua penciptaan menakjubkan ini tak
lain adalah perwujudan ilmu Allah yang tak terbatas.
“Dan
pada penciptaan kamu dan pada binatangbinatang yang melata yang
bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk
kaum yang meyakini.” (QS. Al-Jaatsiyah,45:4). (fzl/berbagaisumber/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar