Oleh: UU Hamidy
khoirunnisa-syahidah.blogspot.com - Manusia
abad ini tidak menyadari bahwa demokrasi yang dipuja-puja sebagai jalan
hidup telah mengurung mereka dalam satu perangkap.
Demokrasi telah membuat umat manusia berada bagaikan katak di bawah tempurung.
Mereka hanya mengenal hidup sebatas dunia di bawah kolong langit. Di luar itu dipandang tidak ada kehidupan.
Jadi
sebenarnya demokrasi membuat manusia jadi bonsai alias kerdil. Tidak
punya pandangan hidup yang luas melampaui jagad raya serta perhitungan
yang panjang lagi teliti tentang makna kehidupan.
Demokrasi
membuat hidup manusia jadi sempit sebatas dunia, pertama oleh sifat
demokrasi yang sekuler. Dengan sekulerisme, demokrasi menafikan hak
Allah Yang Maha Perkasa mengatur alam raya serta segala makhluk.
Dengan
sekulerisme, demokrasi memberi hak penuh kepada manusia mengatur
dirinya dan dunia, dengan aturan sesuka hatinya. Mereka tak menyadari
lagi, bahwa langit dan bumi serta segala makhluk berada dalam kekuasaan
Allah.
Maka,
manusia terkesan sebagai makhluk yang perkasa dengan penampilan ilmu
dan teknologi yang dirancangnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi jadi
kebanggaan, digunakan untuk mendapatkan kekayaan, bahkan juga untuk
menjajah atau menindas.
Padahal
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah ciptaan Allah yang harus
digunakan untuk kehidupan dalam bingkai beramal saleh. Manusia hanya
menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan menciptakannya.
Walaupun
manusia sekuler mempelajari alam semesta, namun ini semuanya akan
kiamat, tak pernah menjadi bahan renungan oleh manusia yang di bawah
tempurung langit itu.
Demokrasi membuat manusia berada di bawah tempurung, karena demokrasi hanya mengenal hidup dunia.
Padahal
di luar hidup dunia masih ada lagi 5 babak kehidupan: alam kubur, hari
berbangkit untuk perhitungan amal dan kehidupan yang bahagia di surga
atau kehidupan yang tersiksa di neraka.
Demokrasi
dengan sekulerisme hanya mendorong manusia mengejar dunia siang dan
malam. Dengan demikian, mana mungkin orang dengan demokrasi mengharapkan
surga.
Sebab,
surga didapat bukan dengan mengejar dunia, tapi sebaliknya dengan
menahan diri terhadap dunia. Surga akan didapat oleh umat manusia bukan
dengan menjual diri pada dunia, tapi menjual diri kepada Tuhan melalui
ketakwaan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan dalam berjihad
fisabilillah dengan jiwa dan harta.
Lihatlah
sempitnya kehidupan manusia oleh demokrasi. Dengan panduan “time is
money” maka waktu dan tenaga pertama-tama digunakan untuk mencari uang
(kekayaan). Maka kehidupan dimulai dengan kerja, bukan ibadah (salat).
Uang
digunakan untuk makan dan bersenang-senang serta menambah modal untuk
mencari kekayaan lebih banyak lagi. Jadi nilai waktu dan umur biaya
sebatas materi atau bendawi.
Tidak
ada waktu untuk salat atau ibadah. Melepaskan diri dari segala beban
kehidupan dengan mengingat Allah dalam hati yang tentram.
Demokrasi
membuat riwayat kehidupan insan begitu pendek. Mulai dari kelahiran,
nikah-kawin lalu berakhir dengan kematian. Riwayat setelah kematian
tidak ada dalam alam demokrasi.
Dengan
demikian demokrasi sebenarnya membuat hidup manusia kurang-lebih sama
dengan kehidupan hewan. Bedanya, manusia demokrasi hidup mencari
kekayaan, sedangkan hidup hewan hanya mencari makan.
Sama
dengan hewan, karena sama-sama tidak punya kesadaran akan masuk surga
atau neraka. Demokrasi tidak mengenal riwayat kehidupan manusia dalam
kubur sampai hari berbangkit perhitungan amal, yang waktunya bisa ribuan
tahun hitungan dunia.
Kemudian akan berakhir kehidupan manusia, masuk surga atau neraka.
Demokrasi
membuat hidup manusia berlomba-lomba bukan dengan kebajikan, tetapi
berlomba dengan harta, jabatan, popularitas dan kehormatan yang palsu.
Manusia
jadi terperangkap, sebab tak mengenal kebahagiaan yang abadi di surga
yang tak pernah didengar oleh telinga, belum pernah dipandang mata serta
tak pernah terlintas di dalam hati.
Manusia juga tertipu oleh demokrasi, sebab melupakan azab yang pedih lagi dahsyat, bagi manusia yang membangkang terhadap Allah.
Padahal
Allah telah memberitakan lewat Alquran, bahwa mereka akan menyesal
kelak setelah melihat neraka yang menyala-nyala, minta kembali lagi ke
dunia berjanji akan beramal saleh.
Manusia
telah dibutakan oleh demokrasi yang hanya melihat dunia, padahal dunia
ini hanya kehidupan yang palsu. Akhiratlah yang sebenarnya kehidupan
bagi umat manusia.
Demikianlah,
demokrasi dengan penampilannya pada liberalisme, sekulerisme,
kapitalisme dan HAM, telah meninggalkan amal makruf nahi mungkar
sehingga hampir tak pernah mengingat kematian.
Manusia
hanya punya tujuan hidup untuk bersenang-senang melepaskan hawa
nafsunya. Namun yang mendapat kesenangan yang palsu itu hanya segelintir
umat manusia, yakni sang kapitalis dengan penguasa dan pemegang senjata
yang diperalatnya.
Selebihnya,
mayoritas rakyat jelata hidup tertindas lagi hina di bawah pemerintahan
thagut yang tidak mau memakai hukum Allah yang akan memberikan
keselamatan dunia akhirat.
Maka,
sungguh malang, manusia yang hidup dengan alam demokrasi. Allah telah
sediakan surga seluas bumi dan langit bagi insan yang taat dan patuh
kepada-Nya. Tapi dengan mengikuti demokrasi, manusia mungkin tak
memperoleh surga, walau hanya seluas telapak tangan.***[khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
UU Hamidy, Budayawan Riau
Diterbitkan riau pos 9 juli 2012
Posting Komentar