
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis…
Didalam
Sahih Bukhari , mengenai lapisan langit juga diceritakan dalam uraian
hadist yang panjang , dimana petikan peristiwa mi’raj Nabi SAW yang
diberitakan oleh anas bin malik, Rasullullah
saw menceritakan, bahwa dibeberapa langit beliau bertemu dengan para
nabi, Adam, Idris, Musa , Isa, dan Ibrahim as, tetapi tidak diceritakan
di langit mana masing masing mereka berada, selain hanya menyebutkan,
Adam dilangit pertama dan Ibrahim di langit keenam…(Sahih Bukhari, perihal Sholat, hal 131, No. 211)
Cukup
banyak pendapat ahli agama maupun astronomi yang mencoba mentafsirkan
lapisan langit ini, dengan metoda dan keilmuan yang terus berkembang,
dengan atau tanpa melalui percobaan ekspedisi luar angkasa. Dimana
penelitian cakrawala ini selalu menjadi tantangan buat manusia yang
ingin berfikir mengenai rahasia ilmu yang terbentang luas di alam ini.
Ayat
tersebut merupakan salah satu ayat yang memancing sebuah motivasi,
khususnya ummat Islam untuk meneliti dan berfikir mengenai rahasia
cakrawala, walaupun teori yang dihasilkan belum tentu mencapai
kesimpulan yang pasti, dan itu sifat dasar pengetahuan manusia yang
selalu dinamis, dimana satu teori analisa, kadang memperkuat teori yang
lain, kadang pula bertentangan satu sama lainnya. Hal itu wajar sekali
karena cakrawala ini adalah ayat ayat Allah yang sangat besar
dibandingkan kemampuan daya fikir manusia yang serba terbatas ini.
Hal
itu dipertegas pula oleh As Syahid Sayid Quthb dalam karya
monumentalnya Az Zilal menyatakan bahwa dalam mentafsirkan langit tujuh
tingkat itu jangan ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan alam yang bisa
berubah ubah, karena penyelidikan manusia tidaklah pernah berhenti dan
tak pernah sempurna dalam menghadapi cakrawala yang begitu luas, cukup
sajalah dengan iman terhadap artinya, langit yang diciptakanNya adalah
tujuh tingkat, kita percayai itu dan bagaimana tujuh tingkatnya itu,
Allah lah yang lebih tahu…
Kamu
sekali kali tidak melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang ?
Dunia
ini pada hakikatnya selalu mengagumkan dan menambah ketakjuban kita,
seorang ahli alam, dengan ilmunya, penelitiannya, perhitungannya,
penyelidikannya dengan metodenya, menjelaskan, bahwa berjuta juta
bintang di angkasa luas, dengan kekuatan gaya pusat, dapat tetap
ditempatnya masing masing dan sangat sempurna peredarannya , sebagaimana
kekuatan tarik menarik dalam alam ini, dapat menjaga keseimbangan
masing masing dan menghalangi tabrakan antara yang satu dengan yang
lain.
Selanjutnya
mengenai jarak matahari dan bintang bintang, dapat dijelaskan mengenai
berapa ukurannya, kecepatan perjalanannya dan jauhnya dari bumi,
semuanya penuh dengan kesempurnaan dan keseimbangan, dan lihatlah
keindahan susunan bintang di malam hari, penuh dengan misteri serta
kesempurnaan, dimana kadang gugusan itu membentuk susunan yang cantik.
Cobalah
lihat sekali lagi bahkan berulang ulang, adakah ketidak seimbangan pada
alam semesta ini…. Ini merupakan tantangan yang rumit yang tidak bisa
dicerna oleh akal, dan akhirnya terjawab dengan pertanyaan siapakah
pengarang kitab alam semesta itu yang penuh dengan keajaiban, apakah
karangan itu ada pengarangnya, apakah susunan itu ada penyusunnya dan
siapa yang mengadakan benda itu, siapakah yang mengadakan bintang
bintang yang beredar dengan tertib dan teratur, siapakah yang
mengendalikan semua itu..
Kemudian
pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam
keadaan payah.
Ayat
ini menyuruh kita mengulangi penglihatan sekali lagi bahkan berulang
ulang, karena apabila penglihatan itu diulangi akan melihat suatu
keajaiban baru, dan niscaya tidak menemukan sesuatu yang cacat bahkan
kita akan merasakan kepayahan. Kepayahan karena kagum akan kebesaran
Ilahi, karena kesempurnaan alam itu terdapatlah sifat sifat Allah yang
terlukis jelas padanya seperti Kesempurnaan, Keindahan dan Kemuliaan.
Allah,
menurut Islam, menciptakan dunia dan menanamkan di dalam dunia ini pola
system abadi Nya yang menjadikan sebuah kosmos. Dia merancangnya
sedemikian rupa sehingga mengundang kekaguman, sempurna, teratur, dapat
dibentuk, bagian bagiannya secara kausal dan saling terikat, Allah
mengajak manusia untuk mengkaji dan meneliti alam, untuk membuat deduksi
yang penting hingga manusia mengakui kebesaranNya, hingga menyembah dan
mengabdi Nya.
Diantara
perasaan kagum akan Kebesaran Allah, maka terasa kecillah manusia ini
dibawah kekuasaan Ilahi, lalu timbul rasa syukur yang sedalam dalamnya
karena kita diberi akal untuk berfikir dan daya resap untuk menikmati
bukti Kekuasaan Allah yang terbentang kemana saja mata memandang.
Ayat
tersebut mencoba untuk menjelaskan sejumlah bukti Kekuasaan Allah yang
sangat seimbang dan sempurna, dan setiap rahasia alam yang terbuka,
manusia bertambah takjub dan kian nyaring kedengaran suara hatinya,
menanyakan, siapakah yang menciptakan alam ini, kalau ilmu pengetahuan
tidak dapat menjawabnya, maka suara batin dari lubuk hati membisikkan,
bahwa Pencipta itu adalah Allah, Tuhan Pemimpin semesta alam.
Al
Qur’an yang mengandung perintah, peringatan, penganjuran, dan mendorong
manusia untuk mengamati fenomena alam yang sangat seimbang dan sempurna
seperti penggantian siang dan malam, gerakan bintang gemintang,
matahari dan bulan, dan benda benda langit lainnya, kelahiran dan
kematian, kehidupan, pertumbuhan dan kematian. Begitupun keragaman dan
keindahan bunga, pohon dan buah, suku, bangsa, budaya , etnis, gunung,
sungai, lembah. semuanya adalah ayat yang menunjukkan Pencipta dan
Sumber Tatanan.
Dan
Al Qur’an mengajarkan manusia untuk mengamati, menyelidiki dan
memahaminya, dan mengajak setiap muslim untuk menjadi ilmuwan yang
menyelidiki setiap bidang dan segi alam; Allah menyeru manusia untuk
mencari pengetahuan terluas yang paling mungkin, dengan keyakinan bahwa
manusia akan menemukan bahwa klaim Islam tentang Tuhan dan PerintahNya,
tentang alam, tentang manusia dan sejarah adalah benar.
Islam
menjadikannya sebagai titik keimanan untuk mengenali adanya Allah dalam
pengaturan alam ini , dan dengan dorongan semangat qur’ani, Ilmu
menjadi hobi manusia. Sehingga orang miskin dan raja bersaing
mendapatkan pengetahuan. Dalam masa kejayaan Islam generasi awal ,
setiap muslim merasa dirinya layaknya wajib militer untuk mencari ilmu,
sebagian besar energi dan kekayaaan ummat yang begitu berharga digunakan
dalam upaya ini.
Dorongan
Islam dalam ilmu pengetahuan mematahkan monopoli para filosof yunani ,
ataupun rahib gereja maupun pertapa di kuil, hingga menyebabkan khazanah
dan gudang pengetahuan sangat diminati, dan keilmuannya menjadi popular
dikalangan ummat. Tercatat dalam sejarah bagaimana kota Andalusia,
Bagdad, menjadi sebuah Kota Ilmu yang menjadikan sains sebagai pekerjaan
ummat, bahkan sejarah manusia sebelumnya tak pernah menyaksikan
perkembangan luas pencarian ilmu pengetahuan seperti ini. Kemajuan ilmu
pengetahuan yang diciptakan oleh pemeluk baru Islam sangat luar biasa,
seperti di Asia tengah dan tenggara serta Afrika , akal fikiran manusia
bergerak dari animisme langsung ke modernitas begitu memeluk Islam, dan
menunjukkan revolusi besar semangat manusia dibawah semangat Islam.
Kondisi
inilah yang seharusnya diupayakan terulang kembali pada era ini, dimana
ummat harus kembali kepada system Islam dengan keyakinan yang dilandasi
oleh Al Quran , kembali kepada semangat qurani yang telah lama
dilupakan oleh ummatnya, hingga menjadi ummat yang kritis dengan
kepribadian matang, kembali menempatkan dan memantapkan semangat jihad
untuk memposisikan kondisi ummat menjadi yang terbaik. Tidak ada kata
maupun kalimat yang pantas diucapkan kepada para pemuda, mahasiswa,
birokrat, ilmuwan, pengusaha, atau apapun posisi sosialnya di masyarakat
untuk segera sadar dan bangkit dari keterbelakangan kecuali mulailah
saat ini juga untuk bergerak dan bergerak tanpa henti untuk melakukan
loncatan besar dengan keyakinan qur’ani , kekuatan jihad dalam segala
hal secara moril maupun materil, kejar ilmu pengetahuan, ambil ilmu itu
layaknya hikmah yang tercecer dimanapun juga, bangun kembali system
qur’ani agar tampil kembali di bumi Allah ini, hingga ummat ini
menempatkan posisi kebangkitan yang kedua kalinya, Wallahu a'lam
bish-shawab.(msn/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com)
Posting Komentar