Pernyataan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai
bahwa 86 persen mahasiswa di 5 kampus ternama di Jawa menolak Pancasila
sebagai dasar negara, hal itu diungkapakan dalam rapat kerja BNPT dengan
Komisi III DPR. Pernyataan ini mendapat pertentangan dari angkatan muda
Golkar.
Sekretaris
Jenderal Angkatan Muda Majelis Dakwah Indonesia (AM-MDI) Partai Golkar
Ton Abdillah Haz menilai, Ansyaad terlalu mengeneralisir masalah itu.
Namun, Ton yang sebelumnya menjabat Ketua DPP Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), ini justru melihat sebaliknya. Ia mengklaim
nasionalisme dan penolakan terhadap gerakan radikalisme di kampus justru
sedang menggeliat. “Coba lihat saja kongres-kongres mahasiswa. Semuanya
mengangkat tema nasionalisme,” katanya, di Jakarta.
Ton
tidak menampik ada sejumlah mahasiswa yang tertarik untuk masuk dalam
gerakan jihad. Namun, tidak semua dan hanya segelintir saja. “Tidak
tepat mengatakan 86 persen mahasiswa menolak Pancasila. Kami
mempertanyakan itu,” pintanya.
Menurut
dia, rasa nasionalisme di kalangan mahasiswa tetap terjaga. Bisa
terlihat dari aksi-aksi penolakan mereka terhadap perilaku korup para
elit. “Bahkan obrolan warung kopi pun tentang nasionalisme,” terangnya.
Apa
yang disampaikan Ansaad, baginya justru membahayakan kehidupan
akademis. Banyak orang tua yang khawatir dan justru menghindari ketika
anaknya aktif di Jamaah Masjid kampus. Padahal, agama terutama Islam,
tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa dan kehidupan berbangsa dari
era jelang kemerdekaan hingga sekarang. “Ini sangat berbahaya bagi
Jamaah kampus, orang tua mahasiswa akan memilih tidak memasukkan
anak-anaknya,” katanya.
Juga
termasuk akan merusak reputasi organisasi kepemudaan terutama yang
berlandaskan agama. “Ini juga membuat orang tua melarang anaknya gabung
di HMI, PMII maupun IMM. Kami (generasi muda, red) mendukung 4 pilar
kok,” pungkas Ton, seperti dikutip arrahmah.com, (07/09/2012).
BNPT Membuat Takut Masyarakat Sipil dan DPR
Direktur CIIA (The Community of Ideological Islamic Analyst) Haris Abu
Ulya menyesalkan pernyataan Ketua BNPT terkait isu sasaran bom terhadap
gedung DPR, karena akan menciptakan ketakutan di masyarakat. Menurutnya,
pernyataan Ansyaad Mbai itu hanya sebatas informasinya dan masih
bersifat kemungkinan. Bila informasi tersebut memang valid, seharusnya
disampaikan kepada Densus 88 atau Tim Jihandak, sehingga bisa menjadi
antisipasi.
“Pernyataan
Ansyaad itu hanya informasi intelijen, bisa salah bisa juga benar.
Namun, saya sangat prihatin pejabat publik justru suka mengumbar dugaan
yang tanpa disadari telah melahirkan teror kepada orang-orang sipil.
Orang-orang jadi paranoid, gelisah dan sikapnya jadi tidak
proporsional,” katanya di Jakarta, Jum’at (07/09).
Lanjut
Haris, seharusnya Ansyaad tidak sibuk membangun opini dan propaganda
dengan isu terorisme, karena akan kontraproduktif. “Banyak hal yang
masih diperdebatkan, radikalisme versi Ansyaad sendiri perlu di
perjelas,” ujarnya
Pria
yang juga salah satu pengurus pusat Hizbut Tahrir Indonesia ini, juga
mengkhawatirkan pemahaman radikalisme yang ditolak BNPT, karena ia nilai
berangkat dari sikap yang sekularistik. “seorang Ansyaad yang lahir dan
tumbuh dalam kultur sekulerisme memberikan konotasi tentang radikalisme
secara serampangan dan tendensius,” papar Haris.
Lebih
dari itu menurut Haris, Paradigma mendasar dalam membaca masalah
korelasi radikalisme agama dengan terorisme yang dipegang Ansyaad sangat
bermasalah. “Jadi makin hari, Ansyaad makin banyak bicara makin
ketahuan kapasitasnya memahami Islam dan sikap dia terhadap Islam dan
kaum muslimin. Umat sudah pandai menilai, jadi pesan saya Ansyaad harus
hati-hati,” tutupnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pimpinan Majlis Tarbiyyah An-Nabawiyyah, H.Salim Syarief di jakarta, saat KabarNet menanyakan
tentang reaksi umat terhadap pernyataan Ansyaad, ia menyampaikan bahwa
umat islam tidak perlu bereaksi terlalu keras terhadap situasi ini,
hanya saja Ansyaad diminta untuk jaga mulut dan tidak serampangan dalam
berbicara.
“Seharusnya
Ansyaad bisa menjaga lisannya, hati-hati dalam berbicara dan tidak
serampangan dalam melontarkan pernyataan, agar tidak memancing kemarahan
umat yang lebih besar. Seperti kata pepatah “Keselamatan Manusia
tergantung dari lisannya” atau pepatah yang lebih populer “Mulutmu
adalah harimaumu”, katanya singkat, Ahad (09/09/2012).
Bukan
hanya persoalan itu saja, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional
Penanggulangan Teroris (BNPT), Irfan Idris, juga mengusik perasaan umat
Islam. Ia mengusulkan agar para pemuka agama (ulama) mendapatkan
sertifikasi dari pemerintah. Alasan Irfan Idris, sertifikasi da’i dan
ustad adalah salah satu cara mencegah ajaran radikal.
Tentu
saja usulan yang mengundang geram umat Islam ini mendapat kecaman dari
berbagai kalangan tokoh Islam. Salah satunya adalah Ketua Umum DPP Front
Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab. Menurutnya, usulan
yang dilontarkan oleh Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris, tentang
perlunya sertifikasi ulama dengan motivasi deradikalisasi agama islam
merupakan penghinaan terhadap Ulama bahkan penistaan terhadap agama
Islam.
“BNPT
sudah kebablasan, mereka tidak paham kesucian Agama Islam dan mereka
tidak tahu kemuliaan Ulamanya. BNPT ingin memposisikan islam dan
ulamanya sebagai musuh, sehingga mereka ingin punya justifikasi dan
legitimasi untuk “mengerjai” islam dan ulamanya”, kata Habib Rizieq,
Sabtu, (08/09/2012).
Oleh
karenanya, Habib Rizieq menyerukan agar segenap komponen Ulama menolak
keras usulan gila BNPT itu. Jika BNPT menjadikan Islam dan ulama sebagai
musuh, dia juga menyerukan umat Islam bersiap diri untuk melakukan
perlawanan.
“Saya
serukan segenap ulama untuk menolak keras usulan gila dan rencana edan
tersebut. Dan saya serukan segenap umat Islam untuk siapkan diri melawan
BNPT dan Densus 88 nya, jika mereka menjadikan Islam dan Ulamanya
sebagai musuh. Hidup mulia atau mati Syahid. Allahu akbar !”, tegas
Habib.
Hal
seirama juga diutarakan oleh Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH Muhammad
Al Khaththath, menurutnya usulan sertifikasi ulama dan da’i jelas-jelas
merupakan usulan dari orang-orang bodoh yang tidak tahu Islam atau
usulan orang-orang jahat yang ingin mengkerdilkan Islam dan
mendangkalkan akidah.
“Pengusul
ini harus diadili oleh sidang para ulama, mubaligh, dan tokoh umat
apakah ada unsur-unsur asing yang terselip dalam usulannya dan mereka
harus diminta mencabut usulan dan tobat karena hendak merusak tatanan
Islam dan umat Islam yang sudah baku,” kata Al Khaththath, Sabtu
(08/09), seperti dikutip suara-islam.com.
Tak
salah jika KH Athian Ali mengatakan, pernyataan direktur BNPT itu
membuat kita semakin optimis bila terorisme tidak akan pernah hilang
dari negeri ini. Keadaan akan semakin keruh dan masalah akan semakin
rumit karena ditangani oleh orang-orang yang menurut Joe Vialls (ahli
bom & pengamat independen Australia) memiliki ‘ANALISA IDIOT
MURNI’!.
Posting Komentar