22
anggota Badan Legislatif (Baleg) DPR kembali melakukan perjalanan ke
luar negeri, kali ini ke Denmark dan Turki. Tujuannya, mencari lambang
palang merah yang nantinya akan digunakan oleh Palang Merah Indonesia
(PMI).
Baleg
DPR merasa perlu mengunjungi kedua negara itu karena di dunia saat ini
ada dua lambang palang merah. Yakni, palang merah (red cross) dan bulan
sabit merah (red crescent). Denmark merupakan negara asal lambang palang
merah dan Turki negara asal bulan sabit merah. Kepergian 22 anggota DPR
ke kedua negara itu nantinya diharapkan bisa membawa oleh-oleh lambang
mana yang akan digunakan PMI. “Ke sana mereka untuk pemilihan lambang
palang merah, karena perdebatan di Baleg tidak selesai-selesai. Ada yang
minta lambang bulan sabit merah dan palang merah, makanya kita mengecek
ke negara asal lambang tersebut,” ujar Ketua Baleg Ignatius Mulyono,
Selasa (5/9/2012).
Adapun
anggota Baleg yang ikut dalam studi banding ini berjumlah 20 anggota
DPR. Sebanyak 10 anggota Baleg dipimpin oleh Wakil Ketua Baleg Achmad
Dimyati Natakusumah (F-PPP) berangkat ke Denmark dan 10 anggota Baleg
lainnya dipimpin oleh Wakil Ketua Baleg Anna Mu’awanah (F-PKB) berangkat
ke Turki.
Perjalanan
yang dikemas dalam studi banding itu dinilai Koordinator Investigasi
dan advokasi FITRA Uchok Sky Khadafi, terlalu mengada-ngada dan tidak
masuk akal. “Masa mau menentukan lambang palang merah saja, harus
berkunjung ke dua negara tersebut,” kata Uchok, di Jakarta, Rabu
(5/9/2012).
DPR,
kata dia, semestinya bisa menghemat anggaran dan membuang agenda-agenda
yang tidak penting. Agenda Baleg ke Denmark dan Turki ini pun dinilai
hanya untuk berlibur. “Baleg hanya ingin senang-senang sendiri saja,”
tegas Uchok.
Menurutnya,
studi banding tersebut menelan biaya Rp1,2 miliar. Secara rinci alokasi
anggaran ke Denmark, menurut Uchok menghabiskan alokasi anggaran
sebesar Rp666,2 juta untuk 10 anggota DPR.
“Jadi,
setiap satu anggota dewan akan menghabiskan anggaran sebesar US$6.917
atau sekitar Rp62,2c juta untuk ongkos pesawat yang duduk di kelas
eksekutif, dan satuan biaya harian akan menghabiskan anggaran sebesar
US$472 atau sekitar Rp4,2 juta per hari,” paparnya.
Sedangkan
anggaran untuk ke negara Turki, menurut Uchok, menghabiskan Rp636,7
juta untuk 10 anggota DPR, tanpa ada staf, ataupun keikutsertaan
keluarga mereka.
“Setiap
satu anggota dewan akan menghabiskan anggaran sebesar US$6.641 atau
sekitar Rp59,8 juta untuk kelas eksekutif, dan untuk satuan biaya harian
akan menghabiskan anggaran sebesar US$365 atau sebesar Rp3,2 juta per
hari,” jelasnya.
Namun,
data yang diperoleh dari Sekretariat Baleg DPR menunjukkan bahwa
anggota Baleg yang ikut dalam “plesiran” ke kedua negara di Eropa itu
bukan 20 orang, melainkan berjumlah 22 orang, termasuk Ignatius Mulyono.
Berikut daftar peserta anggota Baleg yang ikut “melancong” ke kedua negara itu:
Posting Komentar