khoirunnisa-syahidah.blogspot.com - RAMADHAN berlalu.
Catatan amal dan takdir setiap insan telah tertoreh. Tak ada yang
dizalimi. Setiap manusia mendapatkan sesuai dengan usaha yang telah dia
lakukan (QS. al-Syura: 20). Bagi yang telah mengoptimalkan ibadah,
layaklah dia bersuka cita. Sedangkan bagi yang belum maksimal, semoga
Allah menyempurnakan ibadah yang telah dia lakukan.
Selepas
Ramadhan, kita sudah sepantasnya bersyukur atas segala taufiq yang
Allah berikan. Taufiq berupa kesempatan menghirup udara Ramadhan dengan
berbagai ibadah di dalamnya. Demikianlah sehingga kita diperintahkan
untuk merayakan akhir Ramadhan dengan Iedul Fitri (QS. al-Baqarah: 183).
Di samping bersyukur, kita tentu tidak bisa menjamin kualitas ibadah
yang telah kita lakukan. Betapapun ibadah yang kita laksanakan, pasti
terdapat kekurangan di dalamnya. Sebagai manusia biasa, kita tetaplah
makhluk khathha’/yang banyak melakukan kesalahan (HR. Tirmidzi, dari
Sahabat Anas ibn Malik).
Lantaran itu, syariat mengajarkan umat untuk banyak istigfar, justru setelah meraih prestasi ibadah tertentu.
Sunnah Rasululullah shallallahu alaihi wasallam mencontohkan istigfar dalam segala kondisi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku beristigfar dan bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda, “Wahai manusia, tobatlah kalian kepada Allah! Sesungguhnya aku bertobat kepadanya dalam sehari seratus kali.” (HR. Muslim)
Inilah teladan Rasulullah, kekasih Allah yang ternyata mengisi hari-harinya dengan banyak istigfar.
Sunnah Rasulullah yang lainnya mengajarkan istigfar setiap selesai
melaksanakan ibadah. Seperti istigfar setelah berwudhu (HR. Ibn Sunni
dengan sanad jayyid), istigfar dalam doa istiftah (setelah takbiratul
ihram) (HR. Muslim), dan istigfar setelah memberi salam dalam shalat
(HR. Muslim).
Dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan istigfar setelah
wuquf di Arafah yang merupakan rukun ibadah haji yang paling penting.
Allah berfirman:
)ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ(
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang
banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 199)
Syeikh Abdurrahman ibn Sa’di dalam komentarnya terhadap ayat itu menulis:
"Demikianlah seharusnya kondisi seorang
hamba setiap selesai melaksanakan ibadah, agar beristigfar kepada Allah
atas segala kekurangan (yang terjadi); serta bersyukur atas segala
petunjuk. Tidak sepatutnya dia bersikap seperti manusia yang menganggap
dirinya telah menyempurnakan ibadah dan seakan telah berjasa kepada
Allah, sehingga dirinya mendapatkan kedudukan yang tinggi. Manusia
seperti ini pantas mendapatkan murka dan hukuman. Sebagaimana hamba yang
disebut di awal layak diterima amalnya dan mendapat taufiq untuk
melakukan amal shalih yang lainnya." (Taysir, I/92)
Keterangan ini menunjukkan anjuran untuk beristigfar setiap selesai melaksanakan ibadah. Tanpa batasan terhadap ibadah tertentu.
Dalam surah yang lain, Allah subhanahu wata’ala bahkan memerintahkan
Rasul-Nya untuk beristigfar setelah menyelesaikan tugas akbarnya:
menyampaikan risalah dakwah.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat
manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penerima tobat. (Terj. QS. al-Nashr: 1-3)
Al-Allamah al-Syawkani menulis: “Mohonlah ampunan kepada-Nya atas
dosamu, sebagai bentuk tawadhu kepada Allah dan menganggap kecil amal
dan perbuatanmu.” (Lihat: Zubdah, h. 603)
Istigfar dan bertobat setelah menunaikan ibadah juga menjadi sunnah
nabi-nabi terdahulu. Al-Qur’an mendokumentasikan doa Nabiyullah Ibrahim
dan Ismail alaihimas salam. Doa ini mereka panjatkan setelah
melaksanakan tugas membangun baytullah, Ka’bah di kota Makkah:
(رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً
مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ)
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk
patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 128)
Maka selepas ibadah Ramadhan ini, salah satu amal yang paling baik untuk
dilakukan oleh para “alumni” Ramadhan adalah banyak istigfar. Semoga
Allah berkenan mengampuni segala khilaf dan menyempurnakan ibadah kita
semua.
أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
وَلَا نُكَلِّفُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka
akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat
kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. al-Mu’minun: 60-61).*/Ilham Jaya Abdurrauf, Dir’iyah, Saudi Arabiyah
[khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar