khoirunnisa-syahidah.blogspot.com - Waktu
menunjukkan pukul 02.30 siang pada hari ketiga Idul Fithri. Sebagaimana
hari-hari sebelumnya, kami kembali bekerja menjaga klinik dan
senantiasa siaga jika ada pengungsi yang mengalami gangguan kesehatan
namun tidak bisa berkunjung ke klinik, maka kamilah yang datang
mengunjungi mereka.
Siang
itu kami kedatangan tamu seorang seorang lelaki asli Suriah yang baru
saja keluar dari Suriah menyebrangi perbatasan menuju wilayah
Yayladagi-Turki. Kami berkenalan dan berbincang-bincang. Lelaki yang
bernama Sami penduduk asli Distrik Salma di selatan Haffah ini
menceritakan bahwa kondisi kaum Muslimin di dalam Suriah semakin buruk.
Di Idul Fithri ini bukanlah keriangan yang mereka terima melainkan
bentuk siksaan baru yang mereka dapat dari rezim Bashar Asad. Mereka
memboikot kebutuhan pokok pangan rakyat Suriah yaitu roti. Boikot
dikhususkan di wilayah kantong-kantong Muslim, dengan cara melarang
mobil-mobil yang mendistribusikan bahan pokok pangan ini masuk ke
wilayah Muslim. ”Mereka melarang dan merampas roti-roti yang akan
dikirim ke wilayah kantong-kantong Muslim,” terang Sami.
“Lalu
bagaimana saudara-saudara kita bertahan tanpa makanan?” Sami menjawab,
”Mereka bergotong royong membuat roti sendiri dengan gandum yang
didatangkan dari Turki. Tentu jumlahnya sangat terbatas. Banyak dari
mereka yang hanya makan dengan makanan pokok ini (roti) hanya satu kali
satu hari.” Sami lalu memperlihatkan foto-foto cara orang-orang Suriah
bergotong royong membuat roti yang baru saja dia dapat sebelum keluar ke
Turki.
Di
dalam foto itu terlihat mereka membuat roti secara tradisional dan
tidak menggunakan oven, mengingat gas elpiji, bensin juga sulit didapat
karena di boikot oleh rezim Bashar Asad. Kalaupun ada mereka harus
membelinya dengan harga yang sangat mahal. Mereka membakar adonan roti
dengan menggunakan kayu bakar.
Yayladagi – Perbatasan Turki Suriah
Tim HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia)
Posting Komentar