Saya
tidak siap menghadapi serangan seperti ini, bukan dari sudut pandang
fisik atau mental, namun dari perspektif yang telah membuat saya
menyadari betapa rentannya kita kaum wanita Muslim di dalam masyarakat
ini. Hal ini juga membuat saya merasa marah dan terhina.
Berani-beraninya seseorang melakukan hal ini kepada saya?
Saya
berbalik dan melihat ada dua orang wanita, dan saya bereaksi dengan
menjerit dan berteriak, dan sikap tidak peduli mereka menunjukkan bahwa
mereka tahu apa yang telah mereka lakukan. Dengan polosnya mereka
menuduh satu sama lain, dan mereka tahu bahwa jilbab saya, meskipun
hanya sepotong kain, ini mewakili agama saya. Baju yang saya pakai
adalah identitas Islam secara terang-teragan yang dipakai oleh setiap
wanita muslim ketika mereka melangkah keluar rumah. Karena media dan
penggambaran mereka terhadap Islam mengakibatkan rata-rata orang telah
menjadi seorang ahli tentang Islam dan cara berpakaian ini disebut
praktek keagamaan barbar.
Koran
lokal kami di Stoke-On-Trent terkenal karena pandangan tidak simpatinya
terhadap Islam. Misalnya, ketika masjid di wilayah kami rusak parah
karena mendapat serangan pembakaran yang dilakukan oleh para mantan
tentara yang berafiliasi dengan EDL, surat kabar itu tidak pernah
memberitakannya di halaman depan, tapi masih beruntung diberitakan pada
halaman tiga. Namun, ketika seorang muslim melakukan kejahatan, hal ini
menjadi berita di halaman depan. Ini mungkin tampak tidak berbahaya,
namun seiring waktu hal ini menciptakan histeria karena orang yang
membaca surat kabar mulai berpikir bahwa kaum Muslim adalah pembuat onar
dan selalu menyebabkan masalah. Kemudian, ketika kehadiran pihak sayap
kanan seperti EDL menjadi kuat, masalahnya menjadi jauh lebih meningkat.
Kami bahkan melihat lebih banyak anggota dewan dari sayap kanan di
wilayah Utara!
Di
samping itu, semua hal ini telah menjadi demonisasi nasional yang terus
menerus terhadap Islam dan kaum Muslim oleh berbagai politisi dan
media. Pakaian wanita muslim, pandangan Islam tentang pernikahan,
perceraian, pemisahan berdasarkan jenis kelamin, poligami, politik,
Syariah, Khilafah – semuanya diserang dan difitnah dalam beberapa tahun
terakhir. Hal itu dilakukan selain dikait-kaitkan adanya hubungan antara
Islam dan terorisme, dan beberapa komentar baru-baru ini yang dibuat
oleh sebagian politisi dan media mengenai hubungan antara kasus seksual
terhadap gadis-gadis muda di kota-kota Rochdale Utara dan lainnya dengan
budaya Muslim orang Pakistan. Atas semua hal ini, apakah mengherankan
jika ada kebencian terhadap umat Islam yang meningkat diantara suatu
kelompok masyarakat Inggris yang sedang tumbuh?
Sebagaimana
yang diketahui oleh banyak wanita Muslim, menjadi hal yang lumrah jika
mereka menjadi sasaran sumpah serapah, diteriaki, diludahi, dan
diserang. Tapi setelah pengalaman yang saya alami sendiri atas dua
wanita arogan yang berani menarik jilbab saya, wajah sesungguhnya dari
Inggris yang sekuler bahkan menjadi lebih jelas bagi saya. Karena
pengalaman saya itu, sister lain mulai berbicara kepada saya tentang
pengalaman mereka. Baru-baru ini, seorang sister dilempar dengan sebuah
kaleng minuman yang masih utuh yang dilemparkan kepada putrinya yang
berusia 10 tahun dari sebuah mobil hingga membuat memar perut putrinya
itu. Sister yang lain dilemparkan kotoran dan makanan anjing kepada
jilbab yang mereka pakai sementara yang lainnya lagi disiram dengan
alkohol atau didorong hingga jatuh ke lantai.
Meningkatnya
angka tindakan kejahatan bernuansa agama ini adalah dakwaan dari sistem
sekuler, liberal, demokratis. Bagaimana bisa sebuah sistem rasis
memungkinkan kelompok-kelompok rasis sayap kanan seperti EDL dan BNP
untuk eksis di bawah premis nilai-nilai liberal “kebebasan berekspresi”
akan pernah menciptakan harmoni antara berbagai komunitas dan menjadi
perekat masyarakat? Bagaimana bisa sebuah sistem yang memungkinkan para
politisi, media, dan lain-lain untuk menjelek-jelekkan di depan umum
budaya kaum minoritas tanpa menimbulkan kehebohan hukum dan dipandang
sebagai model pemerintahan yang beradab dimana negara-negara lain harus
menirunya dan mengambilnya? Hal ini sangat berbeda dengan Islam dan
Khilafah yang tidak mentolerir satu kata atau satu tindakan pelecehan
pun terhadap agama kaum minoritas, karena Nabi (SAW) telah bersabda, “Barangsiapa menyakiti seorang dhimmi (warga non-muslim negara) maka dia telah menyakitiku. ”
Suatu
keyakinan yang dapat dibuat oleh sebagian kaum Muslim terhadap para
wanita Muslim – adalah bahwa mereka tidak begitu berani melakukan hal
itu jika kita bersama dengan suami, ayah atau saudara kita. Tapi kali
ini saya bersama dengan suami saya. Meskipun dia ada di samping saya
sebagai pelindung saya dan saya merasa aman ketika bersamanya, kejadian
ini benar-benar menimbulkan pertanyaan tentang apa yang benar-benar
diperlukan untuk menjamin keselamatan semua kaum wanita Muslim di
seluruh dunia – di Barat, Suriah , Burma, India, Afghanistan, Palestina,
dan sebagainya. Siapa yang dapat membantu mereka dan menjaga martabat
mereka yang digambarkan oleh Islam sebagai lebih berharga dari emas?
Siapa yang akan menjawab teriakan para saudara kami yang dianggap
sebagai najis?
Hal
ini membuat saya menyadari lebih dari sebelumnya mengenai kebutuhan
mendesak untuk mendirikan kembali Khilafah? Karena hanya Khalifah lah
yang bisa menerapkan sistem Islam yang sesungguhnya yang akan menghargai
martabat kaum wanita sebagai suatu kewajiban Islam. Hanya Khilafah yang
akan menerapkan hukum-hukum Islam yang akan menjaga kehormatan kaum
wanita dan memobilisasi tentara untuk melindungi kita, seperti yang kita
lihat berkali-kali sepanjang sejarah Islam: Nabi (SAW) yang kita cintai
sebagai seoang pemimpin negara Islam di Madinah mengusir seluruh suku
Bani Qaynuqa setelah salah satu dari mereka melecehkan kehormatan
seorang wanita Muslim. Khalifah Mu’tashim Billah yang segera menanggapi
tangisan seorang wanita Muslim yang diserang oleh tentara Romawi dengan
mengirimkan pasukan besar untuk memerangi Roma dan melindungi kehormatan
wanita itu.
Tapi
sebagai seorang wanita Muslim di Inggris, hal ini juga membuat saya
menyadari pentingnya berdiskusi dengan non-Muslim yang kita kenal untuk
menghilangkan ide-ide yang salah yang mereka miliki tentang Islam dan
kaum Muslim. Pada hari itu, meskipun suami saya sangat marah, dia tetap
mencoba untuk membicarakannya dengan wanita yang telah menyerang saya
dengan keseriusan atas apa yang telah terjadi, ketika dia menjawab
“tetangga saya adalah orang Pakistan” dan “apakah kamu menentang salib?”
Namun, ada banyak non-Muslim pada hari itu yang datang untuk memberikan
dukungan kepada kami dan bahkan menegur wanita itu. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya berdiskusi dengan kaum non-Muslim di masa-masa sulit
ini.
Saya
tidak berharap pengalaman ini akan terjadi pada siapa pun; karena hal
ini sangat memalukan dan menjengkelkan. Tapi sebagai wanita muslim kita
perlu mempersiapkan diri! Kita jangan pernah merasa aman dan terlindungi
sebagai wanita Muslim yang tinggal di Inggris selama kita hidup di
bawah sistem yang menerima kebencian terhadap kaum Muslim dan Islam
sehingga kita akan selalu hidup di bawah bayang-bayang potensi
penyalahgunaan wewenangnya. Realitas di Inggris sedang berubah karena
lebih banyak hal terjadi di seluruh dunia, dimana para politisi dan
media secara terbuka menjelek-jelekkan Islam, dan Eropa memiliki
kecendrungan kelompok kanan yang jauh lebih besar. Hal ini akan
meningkatkan kesalahpahaman masyarakat terhadap Islam sehingga juga
meningkatkan kemungkinan serangan seperti yang saya alami.
Selain
itu, sifat hukum sekuler adalah bahwa hak-hak kami sebagai kaum
minoritas dapat diambil pada setiap contoh yang terjadi seperti yang
kita lihat dengan niqab dan larangan jilbab di Perancis, Belgia dan
negara-negara Eropa yang sekuler liberal lainnya. Kita perlu secara
serius menyadari bahwa satu-satunya negara yang akan memungkinkan kita
untuk mempraktekkan keimanan kita, memenuhi semua kewajiban Islam kita,
dimana kita dapat mengenakan pakaian Islami dalam lingkungan yang aman
adalah Khilafah. Jadi sebagai wanita Muslim yang tinggal di Inggris,
kita perlu meningkatkan upaya untuk membangun sistem ini di dunia
Muslim, mendiskusikan urgensinya dengan teman-teman dan keluarga, dan
tidak membiarkan kenyamanan negara ini mengalihkan perhatian atau
mengalihkan kita dari memenuhi kewajiban kita kepada Sang Pencipta
(SWT).
Nabi (SAW) bersabda, “Imam adalah perisai dimana orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (Muslim)(rz/Ummu Luqman; Sumber : www.htb.org.uk 2 September, 2012 ) [khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar