Faktor alam mempersulit gerak aparat
keamanan termasuk dalam mengejar buronan aksi-aksi kekerasan yang
terjadi sehingga diharapkan semua pihak termasuk masyarakat bisa saling
bekerja sama dalam menghadapi kasus kekerasan yang akhir-akhir ini
terjadi, katanya di sela-sela konferensi internasional pencegahan aksi
teror dan kontra radikalisasi, di Jakarta, Rabu (24/10) seperti dilansir
Antara.
"Karena ada hambatan fisik secara geografis, Poso itu geografisnya gunung hutan lebat," tukas dia.
Ia mengatakan beberapa buronan yang dia
sebut sebagai teroris seperti Santoso diyakini masih beroperasi di
wilayah itu dan aparat keamanan masih melakukan pengejaran. Meski aparat
kepolisian masih melakukan penyelidikan mengenai sejumlah aksi
kekerasan yang terjadi di wilayah itu, termasuk pembunuhan terhadap dua
orang petugas kepolisian.
Namun Arsyad mengatakan dari sisi
intelijen ia melihat ada hubungan antara rangkaian kejadian kekerasan
yang terjadi di wilayah tersebut akhir-akhir ini.
Ansyaad memaparkan metode yang digunakan
pelaku kekerasan di Poso adalah memancing agar konflik yang pernah
terjadi di wilayah itu bisa kembali terjadi melalui upaya memanaskan
situasi termasuk dengan adanya pembakaran gereja dan sejumlah aksi
kekerasan lainnya.
Ia memberikan apresiasi pada masyarakat
di Poso yang sudah mengetahui upaya-upaya itu dan tidak terpancing ke
dalam skenario pelaku kekerasan itu.
Meski demikian ia terus mengajak semua
pihak untuk terus bersama-sama mencegah upaya aksi kekerasan dan aksi
terorisme, menolak ideologi radikal dan juga bekerja sama dengan aparat
keamanan sehingga mempersempit ruang gerak pelaku aksi kekerasan itu.
Ia juga menggarisbawahi masih lemahnya
pengawasan jalur-jalur penyelundupan senjata seperti di kawasan Sangihe
Talaud dan juga Nunukan dan mengharapkan pengawasan terus menerus
terhadap jalur tradisional penyelundupan senjata itu dapat ditingkatkan
melalui kerjasama semua pihak. (bilal/arrahmah/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com)
Posting Komentar