Cerita Barat – Kemarahan Islam:
Pemerintah dan media Barat berperan besar dalam kesalahpahaman ini. Ada banyak ruang untuk menjelaskan kepada non-Muslim agar mereka memahami tentang kedudukan Nabi Muhammad Saw di dunia Islam; mengapa mereka bereaksi dengan cara ini; dan juga perasaan umat Islam, khususnya selama sepuluh tahun terakhir dari perang terhadap Islam; peran Amerika di dunia Islam; dan kegagalan para penguasa Muslim dalam merespon secara proporsional terhadap aksi penistaan tersebut. Sehingga inilah yang mendorong mereka untuk mengambil inisiatif sendiri dalam membela Nabi Saw. Bukannya memberi solusi terhadap isu-isu kompleks ini, malah pemerintah dan media menggambarkan masalah ini sebagai “kemarahan Islam”.
Dalam realitasnya, reaksi kaum Muslim yang keras dan
irasional—tentang masalah ini menurut cerita mereka—dan bahwa mereka
tidak menghormati kebebasan berekspresi, didukung dengan foto-foto yang
mencerminkan kebenaran berita itu oleh Newsweek—majalah yang beredar
luas—, sehingga inilah yang membuat banyak diskusi dan laporan, termasuk
wawancara saya di BBC seputar aspek ini, yang mengabaikan alasan asli
bagi provokasi ini, yaitu penistaan terhadap Rasulullah Saw. Pemerintah
AS bersikeras bahwa ia tidak dapat melarang aksi penistaan ini karena
bertentangan dengan keyakinannya tentang kebebasan berekspresi. Bahkan,
penistaan provokatif semacam itu menyebabkan pada perilaku khusus ketika
berada bersama orang-orang yang mengklaim bahwa mereka ingin hidup
berdampingan secara damai.
Sebagian besar aksi protes adalah berlangsung damai, meskipun ada beberapa aksi yang diwarnai kekerasan sebagai akibat dari rasa marah yang besar, dan rasa sakit akibat penistaan yang tidak beralasan terhadap Nabi dan pemimpin mereka Saw. Perlu dicatat bahwa umat Islam di Barat memprotesnya dengan damai, dengan menjelaskan kepada tetangga dan teman-teman mereka, mengapa mereka begitu cinta dan hormat terhadap Nabi Saw; serta memanfaatkan kesempatan untuk menantang cerita-cerita yang beredar, bahwa kebebasan berekspresi itu tidak ada dalam perilaku yang tidak beradab, dan masalah-masalah yang diakibatkannya. Semua inilah, bahkan dalam masyarakat Barat sekalipun yang menyebabkan terbentuknya perilaku tidak beradab, yang dipenuhi sikap tidak tahu malu, maki-makian dan permusuhan di tengah masyarakat.
Sayangnya, sejumlah kaum Muslim di Barat terpengaruh dengan apa yang beredar tentang masalah ini, bahwa reaksi kaum Muslim dilakukan dengan kekerasan dan irasional, sampai beberapa dari mereka mengklaim bahwa Nabi Saw tidak pernah melakukan reaksi apapun terhadap penistaan yang diterimanya. Oleh karena itu, dalam kasus-kasus tersebut kaum Muslim wajib diam dan tidak melakukan aksi protes, meski dilakukan dengan damai. Ini adalah kebodohan yang tidak mungkin dikatakan bahkan oleh non-Muslim sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa mereka pura-pura bodoh terhadap sejumlah insiden yang menunjukkan reaksi sahabat atas mereka yang melakukan penistaan dan penghinaan terhada Rasulullah Saw, selama mereka membaca sirah Nabawiyah, sedang Nabi sepakat dengan reaksi sahabat itu. Bukannya mereka meneliti dan mempertanyakan cerita pemerintah dan media Barat, bahwa mereka telah meminta maaf. Sungguh ironis, bahwa beberapa orang begitu marah ketika salah satu anggota keluarganya mendapatkan penghinaan, sementara di sini mereka menginginkan kaum Muslim untuk tidak memprotes ketika makhluk Allah yang paling mulia mendapatkan penistaan dan penghinaan ini!
Padahal, Rasulullah Saw bersabda:
Sumber: hzb-ut-tahrir.info, 1/10/2012.[khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Sebagian besar aksi protes adalah berlangsung damai, meskipun ada beberapa aksi yang diwarnai kekerasan sebagai akibat dari rasa marah yang besar, dan rasa sakit akibat penistaan yang tidak beralasan terhadap Nabi dan pemimpin mereka Saw. Perlu dicatat bahwa umat Islam di Barat memprotesnya dengan damai, dengan menjelaskan kepada tetangga dan teman-teman mereka, mengapa mereka begitu cinta dan hormat terhadap Nabi Saw; serta memanfaatkan kesempatan untuk menantang cerita-cerita yang beredar, bahwa kebebasan berekspresi itu tidak ada dalam perilaku yang tidak beradab, dan masalah-masalah yang diakibatkannya. Semua inilah, bahkan dalam masyarakat Barat sekalipun yang menyebabkan terbentuknya perilaku tidak beradab, yang dipenuhi sikap tidak tahu malu, maki-makian dan permusuhan di tengah masyarakat.
Sayangnya, sejumlah kaum Muslim di Barat terpengaruh dengan apa yang beredar tentang masalah ini, bahwa reaksi kaum Muslim dilakukan dengan kekerasan dan irasional, sampai beberapa dari mereka mengklaim bahwa Nabi Saw tidak pernah melakukan reaksi apapun terhadap penistaan yang diterimanya. Oleh karena itu, dalam kasus-kasus tersebut kaum Muslim wajib diam dan tidak melakukan aksi protes, meski dilakukan dengan damai. Ini adalah kebodohan yang tidak mungkin dikatakan bahkan oleh non-Muslim sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa mereka pura-pura bodoh terhadap sejumlah insiden yang menunjukkan reaksi sahabat atas mereka yang melakukan penistaan dan penghinaan terhada Rasulullah Saw, selama mereka membaca sirah Nabawiyah, sedang Nabi sepakat dengan reaksi sahabat itu. Bukannya mereka meneliti dan mempertanyakan cerita pemerintah dan media Barat, bahwa mereka telah meminta maaf. Sungguh ironis, bahwa beberapa orang begitu marah ketika salah satu anggota keluarganya mendapatkan penghinaan, sementara di sini mereka menginginkan kaum Muslim untuk tidak memprotes ketika makhluk Allah yang paling mulia mendapatkan penistaan dan penghinaan ini!
Padahal, Rasulullah Saw bersabda:
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتىَّ أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ»
“Seseorang di antara kalian tidaklah beriman sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, bapaknya dan semua manusia.” (HR. Muslim). [Taji Mustafa, Perwakilan Hizbut Tahrir di Inggris].Sumber: hzb-ut-tahrir.info, 1/10/2012.[khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar