Sekitar 1.000 orang tewas dalam sepekan terakhir saja, ujar
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, karena kekerasan terus
meningkat seluruh negeri.
"Setidaknya 22.980 warga sipil, 7.884 tentara dan 1.215 pembelot tewas
dalam kekerasan di Suriah," kata Direktur Observatorium, Rami Abdel
Rahman kepada AFP, menambahkan jumlah terbaru, belum ditambah jumlah korban pada awal Senin yang mencapai 141 orang tewas.
Pada September setidaknya 4.727 orang tewas, termasuk 305 orang tewas
pada 26 September, hari paling berdarah sejak konflik dimulai, kata
Observatorium. Jumlah korban bulanan tertinggi terjadi pada Agustus,
ketika pengawas mencatatkan 5.440 kematian.
Korban sipil menurut Observatorium termasuk pembelot non-militer yang mengangkat senjata melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Namun penghitungan tersebut tidak menghitung korban teridentifikasi dari
konflik berdarah, juga tidak memperhitungkan ribuan orang hilang dan
diduga berada di tahanan.
Mereka juga mengecualikan ribuan milisi pro-rezim, Abdel Rahman mengatakan.
Observatorium yang berbasis di Inggris bergantung pada jaringan aktivis,
pengacara dan petugas medis di Suriah untuk mendapatkan informasi.
Pemberontakan dimulai sebagai protes pro-reformasi, tetapi berubah
menjadi pemberontakan bersenjata ketika demonstrasi secara brutal
dihancurkan. Kebanyakan pemberontak, seperti penduduk, adalah warga
Sunni di negara yang didominasi oleh rezim minoritas Alawit. Alawi
merupakan cabang dari Islam Syiah.[ach/NB/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar