khoirunnisa-syahidah.blogspot.com - JAKARTA - Pemberitaan
oleh majalah Tempo dan juga pernyataan yang dirilis oleh LSM penggiat
HAM tentang kasus bunuh dirinya seorang wanita muda Putri Emilia yang
disimpulkan karena dampak penerapan syariat Islam di Aceh dinilai oleh
Ketua Lajnah Fa'aliyah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai berita yang
memojokkan.
"Ini pemberitaan dan sikap yang sangat
tendensius secara sengaja hendak mendeskriditkan Islam dan
hukum-hukumnya.," Kata ustadz Haris Abu Ulya kepada arrahmah.com, Rabu (18/10).
Ustadz Haris menjelaskan, selama
bertahun-tahun di Aceh dirinya sempat melakukan monitoring terhadap
sepak terjang LSM penggiat HAM. Hasilnya, mereka orang-orang yang bodoh
dan awam tentang Islam.
"Mereka hanya menggunakan Paradigma
Barat dan logika dengkul untuk menjadi pisau pembedah atas persoalan
sosial politik ekonomi di tanah rencong," ujarnya
Lanjutnya, LSM-LSM tersebut bergerak
dalam sebuah sindikasi dan banyak membayar para intelektual serta
akademisi lokal yang liberal untuk membangun opini tidak relevannya
syariat untuk diterapkan di Aceh dengan berbagai dalih.
"Diantaranya pilihan syariat islam untuk
diterapkan secara kaffah di Aceh dianggap sebagai solusi politik atas
konflik menahun di Aceh, bukan karena syariat Islam layak sebagai sebuah
sistem dan solusi atas berbagai problem kemasyarakatan. Mereka di
sokong LSM yang bercokol di Jakarta dan mempunyai koneksi dengan para
donatur yang ada di dunia Barat Amerika cs," ungkap Ustadz Haris
Bahkan, menurutnya, banyak juga LSM
asing yang hadir di Aceh melakukan supervisi lembaga-lembaga
pemerintahan Aceh dengan tujuan mengaburkan dan melemahkan upaya
implementasi syariat Islam.Bahkan terjun langsung ke masyarakat dengan
kedok community development.
"Padahal yang dilakukan adalah scanning
dan untuk merumuskan dengan soft strategi cara menyeret masyarakat
secara pelan masuk dalam zona yang liberal dan sekuler,"imbuh ustadz
Haris.
Lebih dari itu, menurut ustadz Haris,
target LSM-LSM tersebut ialah syariat Islam kaffah di Aceh menjadi
proyek gagal, dan jika gagal maka akan bisa meyelamatkan target politik
dalam skala nasional yaitu establisme sekulerisme dan liberalism.
" Dengan begitu juga bisa menjamin
establisme imperialism dunia Barat atas negeri-negeri Islam seperti
Indonesia dan lebih khusus atas wilayah-wilayah yang potensial diperut
buminya mengandung kekayaan yang luar biasa seperti halnya wilayah
Aceh," ungkapnya
Ia juga mempertanyakan mengapa LSM-LSM
tersebut tidak mempersoalkan banyak orang bunuh diri karena faktor
kemiskinan, dan kemiskinan sistemik paling besar kontribusinya
melahirkan jumlah angka kemiskinan. Dan ini terkait penguasa yang korup,
tatakelola ekonomi yang liberal tidak berpihak dan berorentasi kepada
kesejahteraan rakyat.
"Lantas kenapa para penggiat HAM itu
tidak berteriak perlunya sistem demokrasi-kapitalis yang bobrok ini
diganti, Bahkan sekalipun jika alasannya bukan kesalahan sistem tetapi
oknum, kenapa tidak menuntut oknum pengelola negara ini untuk
digantung, berapa banyak orang bunuh diri dan menjadi pelaku criminal
karena faktor kemiskinan, keterbelakangan (pendidikan) dan faktor-faktor
lainnya? " tanyanya retoris.
Realitas tersebut, menurutnya merupakan
fakta kemunafikan sekaligus membuka kedok siapa sebenarnya mereka dan
apa yang diinginkan mereka.
"Mereka berusaha memadamkan cahaya Islam
dengan mulut-mulut mereka, dengan logika-logika dengkulnya dan
kebodohannya atas Islam dan hukum-hukumnya mereka mengkriminalisasikan
,"tutup Ustadz Haris. (bilal/arrahmah/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com)
Posting Komentar