David Ignazios, yang bekerja di “Washington Post” dan
meninggalkan kantornya di Amerika Serikat, lalu bergabung dengan
kekuatan pasukan oposisi di Suriah, menggambarkan sebuah geng bersenjata
yang dimana di dalamnya beraktivitas dari berbagai latar belakang:
yaitu para perwira senior yang membelot dari tentara reguler dan
menjalankan peran penting dalam organisasi baru, serta para pemuda yang
berperang untuk demokrasi sekuler, yang melihat diri mereka sendiri
dalam satu identitas dengan Barat, dan mereka mengharapkan bantuan lebih
banyak dari Barat; dan orang-orang ekstrimis Islam yang ingin mengubah
Suriah menjadi bagian dari Khilafah Islam, yang mereka cita-citakan, dan
yang akan mengembalikan kemuliaan seperti di masa lalu; juga
orang-orang “al-Qaeda” dan yang sejenisnya, yaitu mereka yang tengah
menabur kehancuran dan kerusakan di mana-mana, di mana mereka mampu
berkomunilasi dengan para tentara lembaga resmi. Mereka itulah yang
mengirim para pelaku aksi bom bunuh diri dan bom mobil ke pusat-pusat
kekuasaan yang ada di Suriah. Dan mereka itulah yang akan
menentang—seperti yang tampak—pada setiap yang berkuasa di Suriah
setelah kekuasaan yang sekarang dilenyapkan, seperti yang benar-benar
mereka lakukan secara nyata di Libya.
Kebrutalan tersebut tidak dimonopoli oleh satu pihak saja, dan juga
tidak hanya menyentuh orang-orang tidak bersalah. Tujuan akhirnya adalah
untuk membenarkan langkah kedua belah pihak. Akan tetapi tentara
reguler masih merupakan kekuatan yang terorganisir, sedang geng
bersenjata secara alami merupakan kekuatan yang tidak terorganisir dan
tidak disiplin, dimana dengan dana yang banyak akan membawa pada
persatuan Islam.
Salah seorang veteran mengatakan—antara serius dan bercanda—bahwa
cara termudah dan termurah untuk mendapatkan senjata dan peralatan
militer adalah hanya dengan memperpanjang jenggot. Sehingga mereka yang
tidak memperpanjang jenggot kurang menikmati bantuan, dan akibatnya
tidak sedikit dari para veteran yang bergabung dengan kekuatan ekstremis
agama untuk memperoleh dan terus berjuang. Sehingga logis ketika kami
mengasumsikan bahwa setidaknya sebagian dari mereka akhirnya akan
mendukung akidah kekuasaan ini.
Bahwa gambaran yang digambarkan oleh laporan Ignazios dan sejumlah
laporan lainnya, harus mengkhawatirkan semua orang yang takut akan
lenyapnya kekuatan nasionalis—otoriter—sekularisme di Suriah menyusul
berbagai kerusuhan dan solusi kekuasaan ekstrimis Islam untuk
menggantikan tempatnya. Dan salah satu metode yang paling kecil
kerumitannya untuk mencegah semua itu adalah memindahkan berbagai sarana
yang dibutuhkan kepada pasukan yang pro-Barat, karena hanya inilah
langkah minimum yang diperlukan.
Inilah saat dimana para pejuang demokrasi yang dipimpin oleh Amerika
Serikat harus membantu kelompok-kelompok yang lebih positif dalam
oposisi, dan harus mencegah munculnya “raksasa” Khilafah Islam (yaeni.com/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com)
Posting Komentar