Mungkin sebagian dari kita menganggap hal ini sepele, namun tidak
dalam aturan Islam. Bersuci dari najis adalah hal yang sangat penting,
sebab syarat diterimanya ritual ibadah kita, seperti sholat dan puasa,
adalah harus dalam keadaan suci.
Agar ibadah kita diterima, salah satu syaratnya adalah dengan mengikuti tuntunan Nabi tercinta Muhammad shalalahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas bagaimana tata cara mandi untuk bersuci setelah haid yang benar?
Rasulullah telah menjelaskan tata cara mandi haid dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah.
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa Asma’ binti Syakal radhiallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi haid, beliau bersabda:
تَأْخُذُإِحْدَا كُنَّ مَائَهَا وَسِدْرَهَا
فَتََطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أوْ تَبْلِغُ فِي الطُّهُورِ ثُمَّ
تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُُهُ دَلْكًا شَدِ يْدًا حَتََّى
تَبْلِغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا المَاءَ ثُمَّ
تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطْهُرُ بِهَا قَالَتْ أسْمَاءُ كَيْفَ
أتََطَهَّرُبِهَا قَالَ سُبْحَانَ الله ِتَطَهُّرِي بِهَا قَالَتْْ
عَائِشَةُ كَأنَّهَا تُخْفِي ذَلِكَ تَتَبَّعِي بِهَا أثَرَالدَّمِ
“Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan
sidrahnya (daun pohon bidara, atau boleh juga digunakan pengganti sidr
seperti: sabun dan semacamnya-pent) kemudian dia bersuci dan membaguskan
bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu
menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit
kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu
mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi,
kemudian dia bersuci dengannya. Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku
bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah
berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan
kain/kapas itu).”
Dan, diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi dari haid. Maka beliau memerintahkannya tata cara bersuci, sabda beliau:
تَأْخُذُ فِرْصَةً مِنْ مِسْكٍ فَتَطَهُّرُ
بِهَا قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهُّرُ بِهَاقَالَ تَطَهَّرِي بِهَاسُبْحَانَ
اللهِ.قَالَتْ عَائِشَةُ وَاجْتَذَبْتُهَا إِلَيَّ فَقُلْتُ تَتَبْعِي
بِهَاأَثَرَا لدَّمِ
“Hendaklah dia mengambil sepotong kapas atau kain yang diberi
minyak wangi kemudian bersucilah dengannya. Wanita itu berkata:
“Bagaimana caranya aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci
Allah bersucilah!” Maka ‘Aisyah menarik wanita itu kemudian berkata:
“Ikutilah (usaplah) olehmu bekas darah itu dengannya (potongan
kain/kapas).” (HR. Muslim: 332)
Apakah yang dimaksud bekas darah itu?
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata (1/628): “Jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).” Beliau berkata (1/627): “Diantara
sunah bagi wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi
kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya
ke dalam farjinya setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi
wanita-wanita yang nifas karena nifas adalah haid.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam an-Nisaa’: 117 juz: 1).
Jadi, sunah bagi wanita untuk mengusap kemaluan dengan kapas yang
telah dituangkan wewangian (minyak wangi) setelah selesai tahap-tahap
awal mandi hingga mengguyur seluruh badan dengan air.
Berusahalah memastikan air yang diguyur sampai ke kulit kepala kita. Sebagaimana Syaikh Mushthafa Al-’Adawy berkata: “Wajib
bagi wanita untuk memastikan sampainya air ke pangkal rambutnya pada
waktu mandinya dari haid baik dengan menguraikan jalinan rambut atau
tidak. Apabila air tidak dapat sampai pada pangkal rambut kecuali dengan
menguraikan jalinan rambut maka dia (wanita tersebut)
menguraikannya-bukan karena menguraikan jalinan rambut adalah
wajib-tetapi agar air dapat sampai ke pangkal rambutnya, Wallahu A’lam.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam An-Nisaa’ hal: 121-122 juz: 1 cet: Daar As-Sunah).
Maka wajib bagi wanita apabila telah bersih dari haidh untuk mandi
dengan membersihkan seluruh anggota badan, minimal dengan menyiramkan
air ke seluruh badannya sampai ke pangkal rambutnya.
Berikut adalah ringkasan dari penjelasan di atas:
- Ambil air dan sabun, kemudian berwudhu’ dan membaguskan wudhu.
- Menyiramkan air ke atas kepalan lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air dapat sampai pada tempat tumbuhnya rambut. Dalam hal ini tidak wajib untuk menguraikan jalinan rambut kecuali jika dengan menguraikan rambut akan dapat membantu sampainya air ke kulit kepala.
- Siram air ke seluruh badan tanpa terkecuali.
- Ambil secarik kain atau kapas (atau semisalnya) lalu diberi minyak wangi kasturi atau semisalnya kemudian diusapkan ke bekas darah (kemaluan) dengannya.
Wallahu a’lam
Posting Komentar