“Pendidikan Densus 88 diajarkan bahwa Islam sebagai ancaman dan
melakukan teror. Maka setiap anggota Densus 88 sudah terpatri di pikiran
bahwa Islam itu buruk,” kata pimpinan Taruna Muslim, Alfian Tanjung
kepada itoday, Sabtu (3/11/2012).
Kata Alfian, kebanyakan para anggota Densus 88 adalah non-Muslim, terlebih lagi mayoritasnya adalah Kristen.
“Anggota Densus 88 yang Kristen dan non-Islam akan lebih kuat dalam
menghajar Islam. Mereka ini juga diajarkan menghina Islam dan Rasululaoh
terutama saat melakukan interograsi terhadap orang-orang yang diduga
teroris,” ujarnya.
Menurut Alfian, dalam menangkap orang-orang yang diduga “teroris” selalu bersamaan dengan kegiatan keislaman.
“Yang di Poso itu habis Shalat Subuh langsung dihabisi, opini yang ingin
dibangun ‘teroris’ itu sering shalat Subuh. Di Palmerah juga, sedang
melaksanakan kegiatan qurban, walaupun dilepas. Densus 88 ingin
memberikan opini, Islam itu teroris,” ungkapnya.
Ia juga menuturkan, Densus 88 itu bisa dikatakan “Detasemen Yesus 88″
yang mengincar para aktivis Islam. “Sampai sekarang Gories Mere masih
mempunyai peran yang kuat di Densus 88, walaupun dia di BNN. Petrus
Golese juga mempunyai peran di Densus 88. Perwira-perwira kristen
mendominasi Densus 88,” pungkas Alfian Tanjung. (itoday/www.syahidah.web.id)
Posting Komentar