Seorang tentara wanita, Kori Cioca,
menggambarkan bagaimana dia dipukul wajahnya dengan keras dan kemudian
diperkosa oleh seorang komandan militer ketika sedang bertugas untuk US
Coast Guard. Setelah kejadian itu, dia diancam atasannya bahwa dia akan
diajukan ke pengadilan militer jika kasusnya diungkap dengan tuduhan
membuat laporan palsu.
Sang penyerang Cioca di kemudian hari
mengaku melakukan penyerangan namun hanya dihukum 30 hari dan tidak
mendapat gaji namun dia menolak memperkosa. Departemen Pertahanan AS
menolak biaya operasi kerusakan syaraf pada wajah sang korban.
Cioca hanyalah salah satu wanita yang
diwawancarai dalam film dokumenter berjudul The Invisible War, sebuah
film dokumenter yang panjang yang mengungkap perlakuan kejam terhadap
perempuan dalam militer AS dimana film itu mendapat penghargaan di
Inggris pada Frontline Club di London minggu lalu.
Film tersebut telah menimbulkan
kekhawatiran bahwa pemerkosaan adalah sebuah momok yang tersembunyi
dalam tubuh militer. Menurut angka yang dikeluarkan oleh anggota
parlemen dari Partai Buruh Madeleine Moon, perkosaan atau penyerangan
seksual dilaporkan oleh anggota Angkatan Bersenjata setiap minggu.
Selama dua setengah tahun lalu, telah terjadi 53 kasus pemerkosaan yang
dilaporkan dan 86 kasus penyerangan seksual pada Angkatan Darat,
angkatan laut dan Angkatan Udara, tetapi Moon percaya bahwa angka itu
adalah terlalu diperkecil dan mungkin terjadi penyerangan seksual
setiap hari.
Antara tahun 2001-2011, data pada
Kementrian Pertahanan menunjukkan bahwa ada 56 anggota Angkatan
bersenjata yang diajukan ke pengadilan militer karena kasus pelanggaran
seksual, namun hanya 16 kasus yang diganjar hukuman.
Amy Ziering, sang produser film,
mengatakan mengungkap kasus perkosaan di militer adalah penting untuk
menyelesaikan masalah ini. “Ada kondisi seperti badai yang sempurna yang
menutup-nutupi rahasia ini,” katanya. “Tidak ada insentif untuk laporan
pemerkosaan, laporan ini tidak dianggap prioritas dalam militer dan
sifat kejahatan ini berarti bahwa laporan itu akan mengakibatkan wanita
dipersalahkan atau mereka menyalahkan diri sendiri.”
Terdapa fakta yang mengjutkan: tentara
wanita di zona pertempuran lebih mungkin diperkosa oleh sesama tentara
daripada dibunuh oleh musuh, lebih dari 20% veteran wanita telah
diserang secara seksual ketika bertugas pada Angkatan Darat AS, dimana
dari 3,192 laporan kekerasan seksual tahun 2011 hanya 191 anggota
militer yang dihukum pada pengadilan militer.
Kesaksian para korban dan keluarga
menunjukkan luasnya perasaan hancur yang dialami, serta gagalnya sistem
dimana komandan yang mengetahui para korban perkosaan ragu untuk
mengambil tindakan setelah terdapat laporan perkosaan.
Ariana Klay, yang lulus dengan nilai
sangat baik dari US Naval Academy, dan bertugas di Irak, menjelaskan
pemerkosaannya dengan kekerasan oleh seorang perwira senior dan
atasannya. “Dia mengatakan bahwa jika saya menceritakan kepada siapa
saja, dia akan menyuruh temannya Marv, dari Indiana, untuk membunuh saya
dan melemparkan saya dalam parit, karena begitulah mereka menangani
sesuatu di Indiana,” katanya. Ketika dia melaporkan kasus pemerkosaan
itu dia diperintahkan untuk melakukan “apa yang seorang prajurit
angkatan laut harus lakukan, jadi abaikan dan lanjutkan terus”. Klay
lalu mendakwa Korps Marinir karena mengatakan dia seharusnya menyambut
serangan seksual itu karena dia berias dan memakai rok- yang merupakan
peraturan seragam.
“Satu hal yang membuat saya marah,” kata
Klay, “bukan pemerkosaan itu sendiri; tapi para komandan yang terlibat
karena menutupi-nutupi segala sesuatu yang terjadi.”
Film ini juga menunjukkan Andrea Werner,
yang melaporkan pemerkosaannya kepada atasannya, hanya dikenakan
tuduhan perzinahan, meskipun penyerangnya itu telah menikah; Letnan Elle
Helmer, menuntut seorang komandan di Barak Angkatan Laut di Washington
DC, kemudian kasusnya ditutup karena “tidak ada bukti”, lalu muncul
kasus baru yang menuduh Helmer berperilaku tidak hormat dan meracuni
pendapat umum. (RZ/www.syahidah.web.id)
Sumber: guardian.co.uk (29/10/2012)
Posting Komentar