MY dikenal warga sebagai sosok tokoh
agama yang taat dan biasa berbaur dengan masyarakat setempat, begitu
juga dengan K, ia merupakan seorang Polisi Hutan yang bertugas di Poso.
Tentu saja dengan ditangkapnya MY dan K justru menyulut emosi warga
terhadap petugas yang menangkapnya.
Warga yang emosi meminta supaya petugas
secepatnya memberikan jenazah K. Warga pun bahkan sempat melakukan aksi
demonstrasi di kantor kepolisian atas upaya paksa yang dilakukan petugas
dalam menangkap dua terduga teroris tersebut.
Menyikapi hal tersebut, Markas Besar
Kepolisian Republik Indonesia bahwa penangkapan keduanya setelah melalui
penyelidikan dan bukti yang cukup bahwa keduanya terlibat dalam aksi
dan perencanaan teror.
"Jadi semua upaya yang dilakukan,
terutama upaya paksa, mulai dari penangkapan selalu didasarkan alat
bukti yang diperoleh tim penyidik Satgas Penegakan Hukum. Semua
didasarkan alat bukti, hasil pemeriksaan, hasil penyidikan, kepada
mereka yang selama ini diduga kuat," ungkap Kepala Biro Penerangan
Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes
Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (3/11/2012).
Terang Boy, setelah dilakukan upaya
penyelidikan dan ditemukan alat bukti yang menunjukan bahwa kedua orang
yang ditangkap di Poso pagi ini, petugas langsung bergerak dan melakukan
penangkapan.
"Jadi itulah yang dilakukan. Jadi
penangkapan itu apabila hasilnya, alat bukti cukup, memang bisa mengena
kepada yang dikatakan tadi, mungkin dikenal sebagai tokoh dan
sebagainya," ucap Boy.
Boy pun membenarkan, saat penangkapan
ada reaksi dari warga. Tentu saja pihak kepolisian harus mengelola
dampak dari penangkapan tersebut, supaya tidak meluas efeknya.
"Memang ada reaksi-reaksi yang sedang
kita kelola, kita bicarakan dengan masyarakat, yang penting semua aspek
bisa dikomunikasikan, dipertanggjawabkan secara hukum,"
ungkapnya.(yus/trbn/www.syahidah.web.id)
Posting Komentar