Dari dunia Islam, PM Malaysia Najib Rajab sebagai yang dikutip The Star
berharap Obama akan melanjutkan usahanya untuk mendorong hubungan yang
saling menghormati antara AS dan dunia Islam. Hal senada disampaikan
presiden Mesir, Muhammad Mursi, lewat jurubicaranya Yasser Ali yang
mengucapkan selamat dan berharap terpilihnya kembali Obama akan membantu
meningkatkan kerjasama antara kedua negara.
Ucapan selamat juga muncul dari PM Israel Silvan Shalom. Dia
menegaskan semua pemerintah Amerika Serikat telah mendukung Israel di
front politik, keamanan, dan ekonomi karena memiliki nilai dan
kepentingan bersama. Menurutnya Barack Obama telah bersama-sama Israel
di masa-masa yang paling sensitif. Dia menegaskan pandangan yang
mengatakan hubungan Amerika dan Israel akan lebih sulit dan penuh
konfrontasi pada priode kedua Obama adalah sesuatu yang keliru.
Dari Indonesia ucapan selamat muncul dari wakil sekjen PKS Mahfudz
Sidiq sembari mengingatkan Obama untuk tidak menciptakan ketegangan baru
di kawasan Asia Timur. Menurutnya, kebijakan Obama selama empat tahun
memimpin Amerika Serikat tidak ada yang berpengaruh secara signifikan
bagi Indonesia.
Sementara itu, ketua Umum PB NU menyatakan turut bergembira dengan
terpilihnya Obama karena selama kepemimpinan Obama hubungan Amerika
dengan dunia Islam lebih baik. Meskipun sudah lebih baik, kata Said
Aqil, kebijakan luar negeri yang dilakukan Obama masih jauh dari harapan
umat Islam, terutama kebijakannya di Timur Tengah.
Berbeda halnya dengan korban pesawat tanpa awak (drone), menyatakan
kecewa dengan terpilihnya kembali Obama. Sejumlah besar korban serangan
pesawat tak berawak AS di daerah suku baratlaut Pakistan mengatakan
kemenangan kembali Presiden AS Barack Obama membuka luka lama mereka dan
mengingatkan mereka tentang kenangan yang menyakitkan.
Seorang warga-Muhammad Rehman Khan- benar-benar membenci Presiden
Obama yang telah membunuh ayah serta ketiga adiknya dan satu orang
keponakannya. Seluruh anggota keluarga Khan itu diketahui tewas akibat
serangan udara yang dilakukan pesawat pengebom tak berawak atau drone
milik AS seperti dikutip Reuters, Kamis (8/11/2012).
Keprihatinan yang sama disampaikan Abdul Jabar yang anakanya terbunuh dalam serangan pesawat Drone. Jabar menyatakan : setiap
kali dia memiliki kesempatan Obama akan menggigit muslim seperti ular
dan lihatlah betapa banyak orang yang telah terbunuh dengan serangan
pesawat tanpa awak itu.
Senada dengan korban kekejaman Amerika , Jubir Hizbut Tahrir
Indonesia menegaskan terpilihnya Obama tidak pantas disyukuri. Meski ada
yang berpendapat Obama lebih baik dari pesaingnya, politik luar negeri
Amerika terhadap dunia Islam tidak berubah. Menurut Ismail, boleh saja
kaum Muslimin berharap Obama akan memperbaiki hubungannya dengan dunia
Islam.
Namun harapan itu, menurutnya, tidak akan terwujud. Kalau terwujud,
berarti itu bukan negara Amerika lagi, berarti itu bukan presiden
Amerika lagi. Amerika adalah negara imperialis sedangkan presiden
Amerika itu mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan visi dan misi
imperialisme.
Memang sungguh mengherankan kalau masih ada yang masih berharap pada
Obama. Bukankah waktu empat tahun, waktu yang lebih dari cukup untuk
membuktikan harapan dan janji Obama adalah omong kosong ?
Benar Obama menarik pasukannya dari Irak dan menyatakan misi militer
AS berakhir di Irak pada 15 Desember 2011, namun dalam waktu yang
bersamaan, Obama mengirim 30 ribu pasukan imperialis Amerika ke
Afghanistan yang menjadi bencana bagi umat Islam di sana. Janji Obama
untuk menarik pasukan dari Afghanistan juga masih menjadi perdebatan
hangat.
Disamping itu Amerika, tidak sungguh-sungguh ingin melepaskan Irak.
Terdapat 8 ribu pasukan Amerika yang masih bertahan di Irak. Kedubes AS
di Irak juga mirip markas militer. Berdiri megah di lahan seluas 42
hektar (seluas ibu kota Vatikan).
Kekejian Amerika di bawah Obama tercermin dari penggunaan pesawat
tanpa awak (drone) di Pakistan, Afghanistan, dan Yaman. Ribuan umat
Islam terbunuh, diantaranya adalah anak-anak dan wanita. Meski demikian
Obama tetap melanjutkan kebijakan ini hanya dengan satu alasan bahwa
targetnya adalah teroris dan para militan.
Pada Januari 2009, ketika Obama berkuasa, program drone hanya
dilakukan untuk Pakistan dan dilakukan 44 serangan dalam lima tahun.
Ketika Obama berkuasa hal itu diperluas ke Afghanistan, Yaman dan
Somalia dengan lebih dari 250 serangan. Sejak saja April telah terjadi
14 serangan di Yaman.
Guardian .co.uk, pada Sabtu (2/6) memuat analisis dengan judul yang menarik,How Barack Obama became a hardliner,
bagaimana Obama menjadi seorang garis keras. Tulisan Paul Harris ini,
mengungkap satu hal penting , bahwa tidak ada perubahan yang berarti
dari Amerika saat dipimpin oleh Bush atau Obama.
Tidak mengherankan kalau orang dalam di Washington mempersamakan
Obama dengan ‘George W Bush yang memakai steroid’. Amos Guiora-
Profesor hukum di University of Utah- memandangnya sama dengan Bush,
hanya dia jauh lebih antusias dalam masalah berperang dengan drone
Dalam tulisannya dia menyatakan bahwa Presiden AS secara pribadi
mengawasi “daftar pembunuhan” atas serangan drone di Yaman dan Pakistan.
Kemudian ada penyerahan tahanan (rendisi) oleh CIA, peningkatan pengawasan dan tindakan keras terhadap para pelapor kasus (whistleblower).
Janji Obama untuk menutup Guantanamo juga omong kosong belaka. Obama
malah tetap mempertahankan penyerahan tahanan (rendisi) oleh CIA untuk
disiksa, para tertuduh teroris versi Amerika tanpa melalui proses hukum
disiksa di penjara-penjara rahasia di berbagai kawasan dunia yang
pemimpinnya dikenal represif.
Obama juga membuktikan pernyataannya bahwa zionis Israel adalah
sahabat sejatinya dan Amerika !Meskipun terkadang memanas pada tingkar
retorika, namun dalam realitanya Obama tidak pernah mengecam apalagi
menghentikan pembantaian dan pembunuh yang dilakukan negara Zionis
Israel terhadap umat Islam.
Di bawah kepemimpinan Obama, Amerika tetap melanjutkan penjajahan
ekonominya di dunia Islam termasuk Indonesia. Amerika Serikat
menggunakan tekanan politik untuk tetap bisa merampok kekayaan alam
Indonesia dengan memperpanjang kontrak Freeport di Papua dan Chedvron di
Siak Riau yang berakhir November 2012.
Untuk memperkuat cengkraman penjajahannya di Indonesia, di bawah
Obama, Amerika juga membangun kembali kedubesnya sepuluh tingkat seluas
3,6 hektar, yang mampu menampung ribuan orang. Itu berarti ada
peningkatan tugas pokok dan fungsi dari kedubes Amerika di Jakarta. Itu
pula berarti bahwa pergerakan kepentingan penjajahan Amerika di
Indonesia akan semakin meluas dan mengakar.
Untuk itu penting kita tegaskan Amerika baik dibawah Obama atau
tidak , adalah negara yang berideologi Kapitalisme yang menjadikan
penjajahan dalam berbagai bentuk sebagai metode baku politik luar
negerinya. Amerika juga berstatus negara muhariban fi’lan,
negara kafir yang nyata-nyata memusuhi umat Islam,dengan menjajah dan
membunuh umat Islam, merampok kekayaan alam dunia Islam. Berdasarkan
syariah Islam, haram hukumnya melakukan hubungan dalam bentuk apapun
dengan negara ini. Hubungan dengan negara muhariban fi’lan adalah hubungan perang.
Allah SWT juga telah memperingatkan kita dalam Al Qur’an surat Huud:113 agar tidak condong atau cendrung kepada orang-orang dzolim dan mengancam pelakunya dengan api neraka. Dalam tafsir al Jalalain disebutkan cendrung atau condrong kepada orang yang dzolim itu dalam bentuk mawaddah (rasa cinta, berkasih sayang), mudahanah (berbasa-basi, bermanis muka), dan ridho bi a’malihim (ridho dengan perbuatan mereka). Dan Obama adalah pemimpin negara yang paling dzolim terhadap umat Islam di seluruh dunia. Reelection of Obama berarti berlanjutnya penjajahan Amerika yang dzolim. Pantaskah disyukuri ? (Farid Wadjdi/www.syahidah.web.id)
Posting Komentar