Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute
(SIPRI), volume rata-rata penjualan senjata meningkat sebesar 22% selama
lima tahun belakangan. Dua tahun terakhir ini ditandai oleh gejolak
ekonomi di seluruh dunia, namun perdagangan senjata tetap tak
terpengaruh.
AS berada di urutan pertama dalam daftar eksportir, karena menyerap 30%
dari total keseluruhan, diikuti oleh Rusia (23%), Jerman (11%), dan
Prancis (8%). Inggris hanya 4%, namun banyak sekali mengekspor pesawat
tempur ke Arab Saudi.
Penjualan senjata ke Amerika Selatan naik 150%. Tahun lalu Venezuela
mengeluarkan kredit senilai $ 2.2 juta kepada Rusia untuk pembelian
sistem pertahanan udara, artileri, kendaraan lapis baja, dan tank.
Mark Bromley, peneliti dan ahli Amerika Latin di SIPRI, mengatakan:
“Kami melihat bukti perilaku kompetitif dalam akuisisi senjata di
Amerika Selatan. Ini jelas menunjukkan kita perlu meningkatkan
transparansi dan kepercayaan untuk mengurangi ketegangan di kawasan.”
Di Asia Tenggara, penjualan senjata ke Indonesia dan Malaysia meningkat
secara signifikan, sedangkan Singapura menjadi negara pertama di wilayah
ini yang berada di antara dunia top 10 importir, sejak akhir Perang
Vietnam.
Cina menjadi pengimpor senjata terbesar di dunia selama lima tahun,
dengan 9% dari total, diikuti oleh India, Korea Selatan, UEA dan Yunani.
Pesawat tempur menyumbang 39% dari penjualan senjata utama AS selama
lima tahun, dan untuk 40% dari penjualan senjata Rusia. (sa/av/www.syahidah.web.id)
Posting Komentar