“Itu dusta, kebohongan Densus 88, tidak
ada bom yang ditemukan,” tegas Sunardi, saat ditemui di kediaman
orangtuanya di kawasan Kebon Kacang, Jakarta Pusat, Ahad (28/10/2012).
Pria yang akrab disapa Nandi ini
menuturkan proses penangkapan adiknya pada Sabtu kemarin. Menurut Nandi,
saat ditangkap, dia dan adiknya hendak mengantar daging qurban,
tiba-tiba ada dua orang petugas yang menggandeng Nanto.
Nandi yang melihat dua petugas
menggandeng adiknya sempat mengejar. “Pas saya kejar, mereka nunjukin
pistol mereka. Saya tanya surat perintah (penangkapannya), mereka bilang
ada, ini penangkapan resmi, tapi mereka nggak bisa tunjukin ke saya,”
tutur Nandi.
Nanto kemudian dibawa oleh anggota Densus 88 menggunakan mobil Avanza. Kemudian tim Gegana menggeledah kediaman orangtua Nanto.
Menurut Nandi, proses penggeledahan
berlangsung sekitar 90 menit, dan 40 menit awalnya petugas Gegana masuk
tanpa ditemani siapapun penghuni rumah.
“Saya agak khawatir waktu itu, takutnya malah mereka menaruh (meletakkan) sesuatu dan jadi barang bukti,” lanjut Nandi.
Setelah ia protes, petugas kemudian
membolehkan Nandi ikut serta dalam proses penggeledahan. Saat petugas
Gegana masuk ke dalam kamar, di situ petugas menemukan tas Nanto.
Tas itu kemudian sempat digeledah
petugas, di dalamnya terdapat laptop, charger, obat asma, dan baju. Tas
itu kemudian diletakkan di depan pintu oleh petugas. Menurut Nandi,
tidak ada bom di dalam tas tersebut.
“Logikanya, kalau ada bom, kenapa tas
ditaruh di pintu, police line juga cuma sampai depan rumah, masyarakat
dibiarin ngerubung,” imbuhnya (tribunnews/www.syahidah.web.id)
Posting Komentar