
Terutama anak-anak muda yang memiliki akun di jejaring sosial, seperti facebook dan twitter.
Mengapa, pasalnya kini aparat Detasemen Khusus 88 rupanya telah
memantau aktivitas anak-anak muda Islam yang bersemangat jihad melalui
akun-akun facebook yang mereka miliki. Melalui akun anonim
dengan mudah 'aktor' yang sebenarnya dikendalikan Densus 88 memprovokasi
teman-temannya di dunia maya.
Setelah mereka merasa in group, barulah terjadi pertemuan di
darat (kopi darat). Ternyata memang sosok orang yang berteman di dunia
maya itu secara fisik tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang diajak
bertemu. Seperti celana agak tinggi, berjenggot dan kalau bicara jihad
menggebu-gebu.
Jika sudah seperti itu, maka aparat akan memantau lapangan untuk segera
dilakukan penggerebekan. Model penyelidikan seperti inilah yang rupanya
kini dikembangkan Densus 88.
"Penyelidikan Densus 88 tidak konvensional tapi juga menggunakan
teknologi informasi," kata Karo Penmas Divhumas Mabes Polri Brigjen Pol
Boy Rafli Amar dalam sebuah acara talk show di stasiun televisi swasta,
Selasa malam (30/10/2012).
Menurut Rafli, upaya ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya teror. Sebab selama ini pihaknya bergerak setelah ada
kejadian. "Untuk mencegah terjadinya teror", lanjutnya.
Demikianlah yang terjadi dalam kasus penangkapan Herman dan Davit di
Palmerah serta Nanto di Kebon Kacang. Tiga orang ini kenalan dengan
seseorang bernama Basyir melalui facebook. Akun facebook-nya pun bukan nama sebenarnya.
Setelah kenal dan merasa satu visi mereka kopi darat, datang berkunjung.
Dua kali Basyir datang ke Palmerah, lima bulan lalu dan malam takbiran
menjelang Idul Adha pekan lalu.
Secara fisik, menurut pengakuan Siti Maryam (ibu kandung Herman dan
Davit) serta Sunardi (saudara kembar Nanto), tingkah laku Basyir tak ada
yang mencurigakan. "Anaknya baik," kata Maryam yang memperkirakan usia
Basyir sekira 20 tahunan, sebaya dengan usia anaknya.
Tapi rupanya, begitu Sabtu siang (27/10) terjadi pengerebekan di rumah
Siti Maryam, Herman dan Davit serta Nanto diumumkan oleh polisi sebagai
terduga teroris, sementara sosok Basyir yang belakangan diketahui juga
turut ditangkap tidak disebutkan oleh polisi.
Dari sinilah tanda tanya itu muncul. Siapakah Basyir sebenarnya?. Tim
Pengacara Muslim (TPM) menduga Basyir adalah sosok yang digunakan aparat
untuk menjebak para korban. "Jangan-jangan ini agen susupan yang ingin
mendiskreditkan Islam," kata Ahmad Michdan.
Polisi baru berkomentar soal Basyir saat acara talkshow di satsiun
televisi Selasa malam. Dengan muka tegang, Rafli menjawab siapa
sebenarnya Basyir yang dicurigai sebagai agen susupan itu.
"Itu masukan untuk penyelidikan nanti. Kita akan telusuri," jawab Rafli.
Menurut situs voa-islam, akun facebook bernama Ana
Alkautsar; New Cat Tembok; Herman Al Irhaby; Abu Dzulfikar Aljawy;
Litvinenko Al Ghifary; dan Kalasnikov Aljawy, patut dicurigai telah
dikendalikan Densus 88. Sebagian aktivis bahkan mencurigai akun "New Cat
Tembok" merupakan akun yang dimiliki oleh Basyir.
Jika dilihat, akun seperti "New Cat Tembok", isinya memang "dahsyat".
menggambarkan betapa pemiliknya adalah seorang "mujahid" yang cinta
"jihad". Mendukung perjuangan para mujahidin di luar negeri dengan
memampangkan aktivitas mereka dan senjata-senjata mereka.
Tapi rupanya begitulah cara main Densus 88. Anak-anak muda Islam yang
bersemangat, karena telah melihat kezaliman yang nyata dialami umat
Islam akhirnya terpengaruh dengan gaya-gaya akun "New Cat Tembok".
Artinya, korban sudah masuk perangkap tinggal menunggu waktu
eksekusinya.
Jadi, bagi anak-anak muda Islam, sekali lagi, waspadalah. Wamakaruu wamakarallah wallahu khairul maakiriin. [sionline/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Posting Komentar