Kriminolog Christian Pfeiffer menuduh institusi Katolik itu berusaha
menutup-nutupi laporan skandal besar yang terjadi di lingkungan gereja
Jerman sejak tahun 1945.
Jurubicara Konferensi Uskup Katolik Jerman Matthias Kopp mengatakan,
penyelidikan di lingkungan lembaganya tidak akan lagi dilakukan bersama
dengan Pfeiffer.
“Kami tidak menghentikan proyek penyelidikan ini. Tentu saja penyelidikan ini akan terus dilanjutkan guna mengungkap pelanggaran seksual yang terjadi di dalam Gereja Katolik. Tidak masalah dilakukan dengan atau tanpa Pfeiffer. Kami
menghentikan kerjasama dengan Pfeiffer hari ini, karena saling percaya
di antara kami sudah tidak ada sama sekali,” kata Kopp dikutip Euronews Rabu (9/1/2013).
Serangkaian kejahatan seksual atas anak-anak di lingkungan gereja
Katolik di banyak negara yang semakin lebar terkuak, memaksa Paus
Benediktus XVI mengeluarkan pernyataan maaf dan menawarkan kompensasi
kepada para korban pada tahun 2010. Namun, menurut Pfeiffer gereja masih terus menutup-nutupi skandal tersebut.
“Jelas sekali bahwa proyek ini gagal, karena Gereja Katolik ingin mengontrol dan menyensornya,” kata Pfeiffer.
“Kami diminta untuk menandatangani kontrak baru di mana di dalamnya
menyatakan gereja memiliki hak untuk melarang teks laporan yang telah
ditulis oleh kami selama bekerja bertahun-tahun, jika mereka tidak
menyukainya,” ungkap Pfeiffer.
Norbert Denef, salah satu korban keganasan seks rohaniwan gereja, meminta agar penyelidik dari luar dilibatkan.
“Anda bisa bandingkan ini dengan mafia yang menyelidiki kejahatannya sendiri,” katanya. “Kemudian kita akan mengatakan bahwa [proyek] ini gagal, dan seperti itulah yang terjadi dengan kasus ini. Kejahatan itu hanya bisa diselidiki oleh penyelidik dari luar.”
Terungkapnya kejahatan seksual di sebuah sekolah berasrama pada tahun
2010 memicu sekitar 600 orang di Jerman melakukan pengaduan atas
kejahatan seks yang dilakukan para pendeta. Skandal seks itu akhirnya mendorong 180.000 umat Katolik Jerman meninggalkan gereja-gereja mereka sebagai bentuk protes.
Penyelidikan serupa atas rekam jejak kejahatan seksual terhadap
anak-anak yang dilakukan para rohaniwan di gereja-gereja Katolik juga
dilakukan beberpa tahun belakangan ini di Belanda, Belgia, Irlandia dan
juga Amerika Serikat.Kadangkala pengungkapan kasus itu membuat reputasi sejumlah pejabat gereja hancur dan memaksa mereka mengundurkan diri.* [hidayatullah/www.syahidah.web.id]
Posting Komentar