Saking pentingnya posisi
guru, Islam memberikan derajat yang sangat
tinggi untuk para guru ini. Bahkan pada zaman dulu Khalifah Umar bin Khattab
memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah
masing-masing sebesar 15 dinar setiap bulan atau setara dengan 20 juta-an -1
dinar: 4,25 gr emas-. (Yusanto et.al, 2011:87)
Islam sangat
menghargai Ilmu pengetahuan. Sehingga sangatlah wajar jika guru memiliki
kedudukan mulia dalam Islam. Allah swt, berfirman:
“…Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
Saat ini pahlawan tanpa tanda
jasa ini semakin jauh dari penuntasan masalah generasi. Mari kita tengok tenaga
pendidik sudah tidak mampu lagi menyelesaikan kasus tawuran, geng motor,
narkoba, seks bebas hingga aborsi yang menjangkit peserta didiknya. Guru saat
ini hanya sebatas memberikan ilmu pengetahuan saja tanpa mengajarkan
nilai-nilai keteladanan, kepribadian Islam, dan wawasan Islam pada peserta
didiknya, sehingga sangatlah wajar jika generasi yang tercetak meskipun unggul
dalam teknologi namun rendah dari sisi moralnya.
Jika kita tarik akar masalahnya
adalah asas sekulerisme yang menjadi paradigma pendidikan saat inilah yang
menjadi biang kerok atas kerusakan-kerusakan
ini. Pendidikan malah justru mencetak tenaga-tenaga pendidik yang hanya
berorientasi pada nilai materialistik saja (baca: jabatan dan gaji) seperti
halnya “robot-robot” yang siap dipasarkan kapan saja. Kurikulum pendidikan yang
sama sekali tidak mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan tsaqofah Islam dan
kepribadian Islam menjadi penyebab terbesar mengapa tenaga pendidik tidak lagi
memperhatikan perannya sebagai pencetak generasi-generasi cemerlang.
Maka untuk menuntaskan persoalan
ini hanya ada satu solusi yaitu membuang paradigma sekulerisme (memisahkan
agama dari kehidupan)dalam pendidikan dan mengantinya hanya berdasarkan akidah
Islam. Karena Islam memberikan ruang kepada tenaga pendidiknya untuk
mengajarkan ilmu pengetahuan, tsaqofah Islam, kepribadian Islam yang tentu saja
akan mampu melahirkan guru-guru yang mukhlis mengajarkan peserta didiknya,
guru-guru yang mampu mencetak generasi yang cemerlang dan beradab layaknya
Syeikh Aaq Syamsudin yang mampu mencetak generasi unggul seperti Muhammad
Al-fatih. Serta guru-guru lainnya yang mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan Islam
yang terkenal seperti Ibn Sina, Al-Khawarizmi, dan Imam Syafi’i
Iis
nawati
pendidikan
Fisika
Universitas
Pendidikan Indonesia
Posting Komentar