
Para penggawa menjalankan tugas Negara ke banyak kota, perlu mengganti kendaraan dinasnya dengan kendaraan yang lebih sederhana. Kalau dulu mereka memakai kereta kuda, namun bulan ini mereka harus memakai kuda tanpa kereta, atau kalau mau hemat lagi, mereka bisa menggunakan kereta tanpa kuda. Keretanya ditarik sendiri!
Untuk tidur pun, para penggawa itu jika pada zaman dahulu menginap di losmennya Bu Broto, kini mereka harus tidur di tempat yang jauh dari keramaian. Bahkan tempat tidur mereka gelap dan cukup panas.
Aturan ini berpotensi menyulitkan para penggawa saat rapat dengan pegawai istana dari negeri koloni. Kalau para pekerja dari Negara “jajahan” itu selesai rapat, bisa langsung istirahat di losmen yang nyaman itu. Orang-orang di Negara Antah memerlukan kendaraan untuk mencapai penginapan di sisi kota. Apalagi, kalau sedang rapat ada dokumen yang tertinggal di kamar. Untuk keluar dari forum dan mengambilnya ke kamar, sungguh merepotkan.
Semua peraturan itu diperuntukan bagi para penggawa, punakawan, dan rakyat biasa. Raja dan patih, juga para menteri, semuanya terbebas dari tatacara itu. Semua rakyat harus mengencangkan ikat pinggang mereka, sedangkan para petinggi Negara dengan leluasa membiarkan sabuk mereka tetap longgar.
Sungguh memprihatinkan negeri ini. Kita hanya perlu menunggu teguran Allah,
“Sungguh besar murka Allah jika kamu berkata, tetapi kamu tidak melakukannya!”
Astagfirullah al-adzim… []
[islampos/www.syahidah.web.id]
Posting Komentar